13 July 2013

Macam Siswa Berkebutuhan Khusus by: Muhtadin

A.  Pengertian anak berkelainan
Istilah berkelainan dalam percakapan sehari-hari dikonotasikan sebagai suatu kondisi yang menyimpang dari rata-rata umumnya. Penyimpangan tersebut memiliki nilai lebih atau kurang. Efek penyimpangan yang dialami oleh seseorang seringkali mengundang perhatian orang-orang yang ada disekelilingnya, baik sesaat maupun berkelanjutan.[1]
Secara ringkas Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan menyimpang dari kriteria normal baik secara fisik, psikis, emosi dan perilaku, sehingga dalam mengembangkan potensinya memerlukan perlakuan dan pendidikan khusus. Dalam memahami pengertian Anak Berkebutuhan Khusus mungkin kita akan menjumpai beberapa istilah yaitu kelainan,  kecacatan,  dan hambatan. Pengertian dari  istilah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.    Kelainan adalah ketidak normalan fungsi sistem organ,  biasanya mengacu pada keadaan medis/organik, misalnya: keterbatasan jarak pandang (myopic), gangguan jantung, cerebral palsy (gangguan pada syaraf otak sehingga otot layu)  gangguan pendengaran dan sebagainya.
2.    Kecacatan  adalah merupakan konsekuensi fungsional dari  kelainan yang dimiliki. Seorang anak  yang mempunyai spinabifida (punggung dengan keadaan bengkok / bungkuk (bahasa jawa), sehingga tidak dapat berjalan tanpa tongkat penopang, berarti anak ini memiliki kecacatan. Namun, anak yang memiliki jarak pandang yang diberikan kacamata sehingga dapat melihat dengan baik lagi,  maka anak tersebut  memiliki kelainan tapi bukan kecacatan.
3.    Hambatan adalah  konsekuensi sosial atau lingkungan akibat kecacatan. Banyak orang dengan kecacatan tidak harus merasa mempunyai hambatan. Masyarakat yang justru sering membuat hambatan bagi mereka, misalnya karena   penolakan, diskriminasi, prasangka serta berbagai akses fisik yang membatasi mereka untuk membuat keputusan dan melakukan pilihan yang mempengaruhi  hidupnya.  Sebagai contoh jika anak yang berkursi roda tidak dapat memasuki komunitas sekolah, dia memiliki hambatan dalam memanfaatkan sarana sekolah. Ketika sekolah dapat diakses oleh pengguna kursi roda, maka hambatan ini hilang.



B.  Jenis anak berkebutuhan khusus
Anak berekebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya. Banyak sekali jenis ABK diantaranya adalah: tunarungu, tunanetra, tunagrahita, autis, dows syndrome, tunalaras, dan tunadaksa.
1.    Tunarungu
Tunarungu adalah istilah umum yang digunakan untuk menyebutkan kondisi seseorang yang mengalami gangguan dalam indra pendengaran. Pada anak tunarungu, ketika dia lahir dia tidak bisa menangis.
Anak tunarungu tidak hanya ganguan pendengaran saja yang menjadi kekurangannya. Sebagaimana yang kita ketahui, kemampuan berbicara seseorang juga dipengaruhi seberapa sering dia mendengarkan pembicaraan. Namun, pada anak tunarunggu tidak bisa mendengarkan apapun sehingga dia sulit mengerti percakapan yang dibicarakan orang. Dengan kata lain, dia pun akan mengalami kesulitan di dalam berbicara.
Ciri-ciri anak tunarungu adalah sebagai berikut:
·      Kemampuan berbahasanya terlambat
·      Tidak bisa mendengar
·      Lebih sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi
·      Ucapan kata yang diucapkan tidak begitu jelas
·      Kurang/tidak menanggapi komunikasi yang dilakukan oleh orang lain terhadapnya
·      Sering memiringkan kepala bila disuruh mendengar
·      Keluar nana dari kedua telinga; dan
·      Terdapat kelainan organis telinga[2]

2.    Tunanetra
Tunanetra merupakan sebutan untuk individu yang mengalami gangguan pada indra penglihatan. Pada dasarnya, tunanetra dibagi menjadi dua kelompok, yaitu buta total dan kurang penglihatan (low vision).
Buta total bila tidak dapat melihat dua jari dimukanya atau hanya melihat sinar atau cahaya yang lumayan dapat dipergunakan untuk orientasi mobilitas. Mereka tidak bisa mengunakan huruf lain selain huruf braile.
Sedangkan, yang low vision adalah mereka yang bila melihat sesuatu, maka harus didekatkan, atau mata harus dijauhkan dari objek yang dilihatnya, atau mereka yang pemandangan kabur ketika melihat objek. Untuk mengatasi permasalahan penglihatannya, para penderita low vision ini mengunakan kacamata atau kontak lensa.
Faktor penyebab tunanetra antara lain:
a.    Pre-natal (dalam kandungan)
Faktor penyebab tunanetra pada masa pre-natal sangat erat kaitannya dangan adanya riwayat dari orang tuannya atau adanya kelainan pada masa kehamilan.
·      Keturunan
·      Perumbuhan anak didalam kandungan
b.    Post-natal
Post-natal merupakan masa setelah bayi dilahirkan. Tunanetra bisa saja terjadi pada masa ini.[3]


3.    Tunadaksa
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulangyang bersifat bawaan, sakit, atau akibat kecelakaan. Individu yang termasuk tunadaksa diantaranya celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan pada tunadaksa: ringan, yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan aktifitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi; sedang, yaitu memiliki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik; dan berat, yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan fisik.[4]
Ciri-ciri anak tunadaksa:
·      Anggota gerak tubuhnya tidak bisa digerakkan/lemah/kaku/lumpuh
·      Setiap bergerak mengalami kesulitan
·      Tidak memiliki anggota gerak lengkap
·      Hiperaktif/tidak dapat tenang; dan
·      Terdapat anggota gerak yang tak sama dengan keadaan normal pada umumnya. Misalkan, jumlah yang lebih, ukuran yang lebih kecil, dan sebaginnya.[5]

4.    Tunagrahita
Tunagrahita merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut anak atau orang yang memiliki kemampuan intelektual dibawah rata-rata atau bisa juga disebut dengan retardasi mental. Tunagrahita ditandai dengan keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial.
Keterbatasan inilah yang membuat para tunagrahita sulit untuk mengikuti program pendidikan seperti anak pada umumnya. Oleh kerena itu, anak-anak ini membutuhkan sekolah khusus dengan pendidikan yang khusus pula. Ada beberapa karakteristik tunagrahita, yaitu:
a.    Keterbatasan intelegensi
b.    Keterbatasan sosial
c.    Keterbatasan Fungsi Mental Lainnya
Ciri-ciri Tubagrahita:
Pada tunagrahita, ciri-cirinya bisa dilihat jelas dari fisik, antara lain:
·      Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/besar
·      Pada masa pertumbuhannya dia tidak mampu mengurus dirinya
·      Terlambat dalam perkembangan bicara dan bahasa
·      Cuek terhadap lingkungan
·      Koordinasi gerak kurang; dan
·      Sering keluar ludah dari mulut (ngeces).[6]

5.    Tunalaras
Tunalaras merupakan sebutan untuk individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. Penderita biasanya menunjukan prilaku yang menyimpang dan tidak sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku disekitarnya.
Secara garis besar, anak tunalaras dapat diklasifikasikan menjadi anak yang mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan anak mangelami gangguan emosi.
Ciri-ciri tunalaras:
Penderita tunalaras memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
·      Berani melanggar aturan yang berlaku
·      Mudah emosi; dan
·      Suka melakukan tindakan agresif.[7]



6.    Autis
Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang yang didapatkannya sejak lahir atau balita, yang membuat dirinya tidak berhubungan sosial atau berkomunikasi secara normal. Ditinjau dari segi bahasa, autis berasal dari bahasa Yunani yang berarti “sendiri”. Hal ini dilatarbelakangi karena anak autis pada umunya hidup dengan duniannya sendiri, menikmati kesendiriannya, dan tak ada seorang pun yang mau mendekatinya selain orang tuanya.
Secara neurologis atau berhubungan dengan sistem persarafan, autis dapat diartikan sebagai anak yang mengalami hambatan perkembangan otak, terutama pada area bahasa, sosial, dan fantasi. Hambatan inilah yang kemudian yang anak autis berbeda dengan anak lainnya. Dia seakan memiliki duniannya sendiri tanpa memperhatikan lingkungan sekitarnya. Ironisnya, banyak orang yang salah dalam memahami anak autis. Anak autis dianggap gila, tidak waras, dan sangat berbahaya sehingga mereka seperti terisolasi dari kehidupan menusia lain dan tidak mendapatkan perhatian secara penuh.[8]

7.    Down Syndrome
Down syndrome merupakan salah satu bagian tunagrahita. Down syndrome merupakan kelainan kromoson, yakni terbentuknya kromoson 21. Kromoson terbentuk akibat kegagalan sepasang kromoson saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan.
Ciri-ciri Down syndrome tanpak nyata dilihat dari fisik penderita, misalkan tinggi badan yang relatif pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang Mongolia. Maka, anak Down syndrome ini juga dikenal dengan sebutan Mongoloid.
Gejala adanay Down syndrome ini bisa tanpak atau tidak tanpak sama sekali. Biasanya, lapisan kulit penderita Down syndrome ini tanpak keriput meskipun usianya masih muda.[9]

8.    Kemunduran (Retardasi) Mental
Dalam bahasa medis, kemunduran mental disebut dengan retardasi mental. Retarnasi mental adalah keadaan ketika intelegensia individu mengalami kemunduruan atau tidak dapat berkembang dengan baik. Masa itu terjadi sejak individu dilahirkan. Biasanya, terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utam adalah perkembangan mental yang sangat kurang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo artinya ” kurang” atau “sedikit” dan fren artinya “jiwa” atau tuna-mental).
Hasil tes IQ yang sering untuk menentukan berat atau ringannya keterbelakangan mental tidak menjadi patokan mati untuk menentukan tingkatan keterbelakangan mental seseorang. Sebagai kriteria dapat dipakai juga kemampuan untuk dididik atau dilatih dan kemampuan sosial atau kerja.



[1] Dr. Muhammad Efendi, M.Pd, M.Kes, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006) hal. 2
[2] Aqila Smart, Anak Cacat bukan Kiamat: Metode Pembelajaran & Terapi untuk Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta: Katahati, 2010) hlm. 33-35
[3] Ibid, hlm. 36-42
[4] Aphriditta M, Panduan Lengkap Orang Tua & Guru untuk Anak dengan Disgrafia (Kesulitan Menulis), (Yogyakarta: Javalitera, 2012), hlm. 46
[5] Aqila Smart, Anak Cacat bukan Kiamat: Metode Pembelajaran & Terapi untuk Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta: Katahati, 2010) hlm. 46
[6] Aqila Smart, Anak Cacat bukan Kiamat: Metode Pembelajaran & Terapi untuk Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta: Katahati, 2010) hlm. 49-52
[7] Ibid, hlm. 53-55
[8] Aqila Smart, Anak Cacat bukan Kiamat: Metode Pembelajaran & Terapi untuk Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta: Katahati, 2010) hlm. 56
[9] Aqila Smart, Anak Cacat bukan Kiamat: Metode Pembelajaran & Terapi untuk Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta: Katahati, 2010) hlm. 63-64

No comments:

Post a Comment