25 April 2014

Perjanan Spiritual Buat Kacamataku Raib

Insan muda yang memiliki jiwa religius, pada kamis 17 April 2014 mengahadiri acara maiyahan Cak Nun di Kasihan Bantul. Ide ini berawal dari manajer marketing yaitu Fala Yahzunka (penggemar Cak Nun) yang mengajak anggota LP2KIS untuk mengikuti maiyahan. Kurang lebih 10 orang  (Aziz, Sinta, Aam, Hani, Nisa, Ahya, Alfa, Matkey, dan Adin ) menyanggupinya berangkat, karena mereka juga ingin mendapat ilmu dari maiyahan tersebut. Akhirnya berangkatlah kami dengan 5 motor pada pukul 21.00 WIB saat itu. Ketidak tahunan kami pada tempat maiyahan, membuat rombongan kami tersesat dan terpisah. Setelah menyusuri jalan yang panjang, kami baru menyadari bahwa kami ternyata bukan mengarah ke Kasihan Bantul melainkan ke arah Jawa Tengah, ya salam sesuatu sekali pada malam itu. Salah seorang dari kami pun bertanya pada orang yang kami temui di jalan untuk mencari tahu tempat maiyahan tersebut. Tidak lama kemudian terlihat petunjuk arah menuju Kasiahan Bantul. Motor kami pun berjalan menyusuri jalanan saat itu. Banyaknya kendaraan yang lalu- lalang di jalanan sempat membuat terpisahnya rombongan kami.
            Kami yang tadinya 5 motor tidak terlalu jauh jaraknya menjadi berjauhan, 3 motor lurus dari arah ring road selatan sampai lampu merah kedua, 2 motor belok kanan. Malam itu memang benar-benar terjadi miskom (miss komunikasi) karena 3 motor dari kami tersesat lagi. Sempat terjadi saling cari- mencari saat itu, akhirnya salah seorang dari mereka (2 motor yang lain) menyusul kami. Saat itu karena saking taatnya peraturan lalu lintas teman kami (Matkey dan Adin) walaupun sudah melihat kami tetap jalan lurus, karena memang jalan itu dilarang putar balik. Tetapi apa yang terjadi, kami malah meninggalkan mereka berdua dengan putar balik menuju lampu merah pertama. Yah, saat itu kami bingung lagi karena memang benar-benar tidak tahun tempat maiyahannya, sampai akhirnya bertanya lagi pada orang di jalan. Tidak lama kemudian bertemulah kami dengan Fala dan Nisa yang masih menunggu kami. Sementara Matkey dan Adin belum balik juga, tetapi saat itu kami masih berusaha untuk menunggu mereka. Salah satu dari kami melihat motor mereka tetapi tidak begitu jelas, yang jelas melihat motornya dan dapat dipastikan bahwa itu mereka. Kami berpikir sejenak, mungkin mereka agak kecewa pada kami, “udah disusul malah ditinggal” atau mereka malah sengaja bercandaain kami sampai handphone mereka dimatiin.

            Acara maiyahanpun sudah dimulai ketika kami sampai. Kami masih berusaha terus menghubungi Matkey dan Adin saat itu tetapi ya tetap saja, handphone mereka dinonaktifkan. Sampai akhirnya acara maiyahan selesai pukul 03.30 kami masih belum bertemu Matkey dan Adin. Akal kami pun terus berpikir bagaimana caranya menemukan mereka, sampai kami memutuskan untuk menunggu mereka dipinggir jalan. Sekitar 15 menit kami tetap menunggu mereka dan akhirnya membuahkan hasil, salah seorang dari kami melihat mereka. Kamipun segera tancap gas untuk mengejar motor mereka. Tetapi yang terjadi adalah kami berpisah lagi. 3 Motor dari kami belok kiri, sedangkan 2 motor lagi belok kanan (termasuk Matkey dan Adin). Kami 3 motor yang belok kiri telah sampai di depan pasar satwa arah pulang, handphone saat itu bergetar ternyata ada kabar bahwa Matkey kecelakaan. Kami berenampun balik arah menuju Matkey, Adin, Fala, dan Nisa. Di sana, terlihat tangan Adin tampak berdarah dan kaki Matkey serta pelipisnya tampak terluka (tetapi untungnya tidak terlalu serius). Sampai di sana, kami berenam berusaha mencari kacamata Matkey karena dia tidak sadar kalau kacamatanya hilang. Sekitar 15 menit kita berhenti di situ sambil mencari kacamata Matkey, tetapi hasilnya nihil. Akhirnya kami putuskan untuk pulang saja tanpa menemukan kacamata Matkey. Sungguh perjalanan spiritual yang mengharukan (beberapa kali tersesat, sampai kecelakaan, dan raiblah kacamata Matkey).

1 comment: