TUGAS
INDIVIDUAL ARTIKEL KONSELING ISLAM
PUASA
SUNNAH SENIN-KAMIS SEBAGAI PENGENDALIAN DIRI (SELF
CONTROL)
DALAM KONSELING ISLAM
Artikel
ini Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Teori dan Praktek Konseling
Dosen pengampu : Pihasniwati,.S.Psi, Psikolog,. Psi
Disusun oleh:
Nama : Nina Maryati
Nim : 10710003
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012
PUASA
SUNNAH SENIN-KAMIS SEBAGAI PENGENDALIAN DIRI (SELF
CONTROL)
DALAM KONSELING ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Bagi seorang
konselor muslim, tentunya mmerlukan ketrampilan dan strategi konseling.Atau
dinamakan dengan tekhnik konseling.perlunya tekhnik-tekhnik tertentu dalam
proses konseling tentunya agar kegitan konseling bisa berjalan dengan efektif
dan efisien dan berdya guna. Tentunya banyak tekhnik-tekhnik yang bisa digunakan seorang konselor untuk
membantu konseli.
Maraknya kriminalitas yang terjadi
dimana-mana, pergaulan bebas antar remaja/mahasiswa, tawuran siswa SMP/SMA dan
lain sebagainya bukan hal yang tabu lagi. Banyak sekali faktor yang dapat
mempengaruhi individu untuk berbuat kriminal seperti faktor ekonomi, sosial,
budaya serta kemampuan yang kurang untuk mengontrol diri. Kurangnya kontrol
diri (self Control) dalam diri
individu seringkali akan menjerumuskan pada hal yang bersifat kriminal. Kontrol
diri (self control) adalah kemampuan untuk menyusun, membimbing,
mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa ke arah konsekuensi
positif, yang mana kontrol diri merupakan salah satu potensi yang dapat
dikembangkan dan digunakan individu selama proses-prosesdalam kehidupan
termasuk dalam menghadapi kondisi yang terdapat di lingkungan sekitarnya.
Kontrol diri (self control) sendiri
sebenarnya mudah untuk dikembangkan karena dalam islam pun sudah mengkaji
mengenai bagaimana manusia untuk mampu menahan hawa nafsunya. Pada artikel ini
akan mengkaji tentang salah satu pendekatan islam yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kontrol diri yaitu dengan puasa sunnah Senin-Kamis karena agama
islam telah menganjurkan untuk memperbanyak ibadah dalam kesehariannya,
melaksanakan yang wajib dengan baik, serta melaksanakan yang sunnah sebagai
penyempurna ibadah yang wajib.
B. Tujuan
penulisan Artikel
Artikel ini berjudul Puasa Sunnah
Senin-Kamis Sebagai Pengendalian Diri (Self
Control) Dalam Konseling Islam. Adapun tujuan dari penulisan artikel ini
akan banyak membahas mengenai bagaimana puasa sunnah Senin Kamis sebagai
kontrol diri individu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
C. Pengertian
Puasa
Pengertian
puasa secara bahasa yakni menahan dan mencegah sesuatu(al-imsak wal kaffu ani sya’i). Puasa itu Shiyam yang berarti menahan diri dari hal-hal yang dapat
membatalkan puasa dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat untuk
beribadah kepada Allah. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat Maryam
ayat 26 berikut ini:
Í?ä3sù Î1uõ°$#ur Ìhs%ur $YZøtã ( $¨BÎ*sù ¨ûÉïts? z`ÏB Î|³u;ø9$# #Ytnr& þÍ<qà)sù ÎoTÎ) ßNöxtR Ç`»uH÷q§=Ï9 $YBöq|¹ ô`n=sù zNÏk=2é& uQöquø9$# $|Å¡SÎ) ÇËÏÈ
Artinya: " Maka makan,
minum dan bersenang hatilah kamu. jika kamu melihat seorang manusia, Maka katakanlah:
"Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah,
maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini"
(QS. Maryam: 26).
Jadi Puasa senin kamis ialah puasa yang hukumnya sunah, di mana tidak ada kewajiban dan
paksaan untuk menjalankannya. Pelaksanaan puasa senin kamis mirip dengan puasa
lainnya hanya saja dilakukannya harus pada hari kamis dan senin saja, tidak
boleh di hari lain.
Puasa, pada hakekatnya merupakan peribadatan, sebagai
pembelajaran dalam mengendalikan
nafsu yang merugikan, seperti pikiran negatif (shuudhon), nafsu marah, dendam, iri atau sikap
bermusuhan terhadap sesama
makhluk. Secara psikologis, ibadah tersebut merupakan proses pengontrolan dan pengendalian diri (self
control) terhadap basic needs.
Ibadah tersebut merupakan salah satu bagian dalam pelaksanaan ajaran agama dan unsur yang lainnya
adalah unsur keyakinan terhadap
ajaran agama (Hurlock, 1973). Individu yang memiliki keyakinan tinggi terhadap ajaran
agamanya tertentu dalam pengontrolan
terhadap perilakunya lebih positif dibanding dengan mereka yang keyakinannya rendah. Pengendalin diri
melalui belajar pada proses ibadah yang awalnya hanya dilakukan secara ritual
fisik pun nantinya akan berubah menjadi pembiasaan yang apabila individu tidak
melakukan hal tersebut maka akan merasa kehilangan. Pada saat melaksankan
ritulanya (amalan/riyadah) setiap
indivisu akan mengalami pengalaman spiritual (Peak Experience). Pengalaman spiritual ini pun akan berbeda pada
setiap individu baik mendalam ataupun biasa saja.
Ada banyak manfaat dan hikmah yang terkandung
didalam ibadah tersebut seperti hadist rasulullah saw:
“Segala amal
perbuatan manusia pada hari Senin dan Kamis akan diperiksa oleh malaikat,
karena itu aku senang ketika amal perbuatanku diperiksa aku dalam kondisi
berpuasa.” (HR. Tirmidzi).
Berdasarkan pada
hadist di atas puasa sunnah Senin-Kamis yang dilakukan secara rutin dapat
memberikan banyak manfaat bagi fisik/lahiriah maupun jiwa/bathiniah dengan
berpuasa sunnah Senin-Kamis individu akan mampu mengontrol dorongan-dorongan
yang muncul dari id misalnya adalah bagaimana individu mampu
mengontrol dorongan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh yakni makan pada
saat berpuasa. Selain untuk mengontrol rasa lapar, puasa juga dapat menahan
individu dari hal- hal uang bersifat negatif yang akan merusak pahala dan
syarat sah ibadah puasa itu sendiri.
Individu
yang memiliki keyakinan atau kepercayaan terhadap ajaran agama tentunya
memiliki tingkat kepatuhan terhadap segala sesuatu yang diperintahkan dan yang
dilarang. Kepercayaan terhadap sesuatu yang diyakini memunculkan kepatuhan
dalam menjalankan perintah dan larangan sehingga dalam menjalankan segala yang
dianjurkan tidak hanya dimotivasi oleh kebutuhan ekstrinsik, melainkan
kebutuhan intrinsik yang berefek terhadap pengontrolan diri. Individu yang
memiliki motif intrinsic yang tinggi, maka hasil dari kontrol diri diharapkan
lebih baik (Amabile, 193). Dan motivasi intrinsik tersebut dapat mendorong
perilaku yang diharapkan secara terus menerus serta berpengaruh positif
terhadap hasil yang diinginkan (Sternberg & Lubart, 1995).
D. Pengertian
Kontrol Diri
Ghufron
dan Risnawita (Graham,Helen.2005) menngartikan kontrol diri sebagai kemampuan
untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat
membawa ke arah konsekuensi positif, yang mana kontrol diri merupakan salah
satu potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan individu selama
proses-prosesdalam kehidupan termasuk dalam menghadapi kondisi yang terdapat di
lingkungan sekitarnya. Kontrol diri dapat digunakan sebagai suatu ntervensi
yang bersifat preventif selain dapat mereduksi efek-efek psikologis yang
negatif dari stressor-stressor lingkungan. Sedangkan Gilliom (Graham,Helen.2005)
menyatakan bahwa kontrol diri adalah kemempuan individu yang terdiri dari tiga
aspek yaitu kemampuan mengendalikan atau menahan tingkah laku yang bersifat
menyakiti atau merugikan orang lain, kemampuan bekerja sama dengan orang lain
dan kemampuan untuk mengikuti peraturan yang berlaku serta kemampuan untuk
mengungkapkan keinginan atau perasaan kepada orang lain, tanpa meyakiti atau
menyinggung perasaan orang lain tersebut.
Disimpulkan
bahwa kontrol diri adalah kemampuan membimbing tingkah laku dan merintangi
tingkah laku impulsif, ataupun kemampuan menahan tingkah laku yang dapat
merugikan orang lain serta kemampuan
untuk dapat mengikuti peraturan yang berlaku, serta kemampuan untuk
mengungkapkan keinginan atau perasaan kepada orang lain.
E. Aspek-Aspek
Kontrol Diri
Gilliom
(Graham,Helen.2005) menyatakan bahwa kontrl diri sebagai kemampuan yang terdiri
dari tiga aspek :
1)
Kemampuan
mengendalikan atau menahan tingkah laku yang bersifat tidak menyakiti atau
merugikan orang lain, yaitu kemampuan yang dimilki sseorang dalam bertingkah
laku sehingga tidak menyakiti ata merugikan orang lain
2)
Kemampuan
untuk bekerjasama dengan orang lain dan kemampuan untuk mengikuti peraturan
yang berlaku, yaitu kemampan untuk bekerja sama mendahulukan kepentingan
bersama dan tidak melanggar peraturan yang ada
3)
Kemampuan
untuk mengungkapkan keinginan atau perasaan kepada orang lain tanpa menyakiti
atau menyinggung perasaan orang lain tersebut, yaitu kemampuan untuk
mengungkapkan perasaan orang lain.
BAB
III
PEMBAHASAN
Hubungan
Antara Puasa Senin-Kamis Sebagai Kontrol Diri Dalam Konseling Islam
Berdasarkan dari jurnal
penelitian yang terdahulu yang berjudul “ Hubungan Keteraturan Menjalankan Sholat Dan
Puasa Senin Kamis Dengan Agresivitas oleh Alif Mu’arifah Dan Sri Mulyani
Martaniah Fakultas Psikologi UAD, Fakultas Psikologi UGM” mengatakan bahwa uji
hipotesis dari jurnal tersebut yaitu ada hubungan antara keteraturan menjalankan
puasa senin kamis dengan agresivitas, diperoleh koefisien korelasi sebesar
-0,109 lebih kecil dari r tabel dengan p peroleh lebih besar dari taraf signifikansi
5%. Keteraturan menjalankan puasa senin kamis berkorelasi negatif dengan
agresivitas, meskipun hasilnya tidak signifikan, Karena p > dari 0,05. Artinya
bahwa semakin teratur dan baik individu dalam menjalankan puasa senin kamis,
maka semakin rendah tingkat agresivitas, dan sebaliknya semakin tidak teratur
dalam menjalankan puasa senin kamis maka semakin tinggi agresivitasnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan negatif antara
keteraturan menjalankan sholat dan puasa senin kamis dengan agresivitas, dengan
Ts 5 %. Keteraturan menjalankan sholat memiliki korelasi negatif dengan
agresivitas – 0,168, puasa senin kamis memiliki korelasi negatif dengan
agresivitas sebesar – 0,109. Besarnya sumbangan efektif X1 (sholat) terhadap Y
(agresivitas) adalah 3,823 % dan X2 (puasa senin kamis) terhadap Y
(agresivitas) 1,986 %, Secara bersama-sama memberikan sumbangan sebesar 5,809
%.
Apabila di kaitkan Pada proses konseling klien
sebaiknya di bantu melalui pendekatan spiritual. Salah satu pendekatan
spiritual yang dapat di gunakan untuk membantu proses konseling kontrol diri
yakni puasa sunah Senin-Kamis. Puasa senin kamis ialah puasa yang hukumnya sunah, di mana tidak ada kewajiban dan
paksaan untuk menjalankannya. Pelaksanaan puasa senin kamis mirip dengan puasa
lainnya hanya saja dilakukannya harus pada hari kamis dan senin saja, tidak
boleh di hari lain.
Puasa, pada hakekatnya merupakan peribadatan, sebagai
pembelajaran dalam mengendalikan
nafsu yang merugikan, seperti pikiran negatif (shuudhon), nafsu marah, dendam, iri atau sikap
bermusuhan terhadap sesama
makhluk. Secara psikologis, ibadah tersebut merupakan proses pengontrolan dan pengendalian diri (self
control) terhadap basic needs.
Ibadah tersebut merupakan salah satu bagian dalam pelaksanaan ajaran agama dan unsur yang lainnya
adalah unsur keyakinan terhadap
ajaran agama (Hurlock, 1973). Sedangkan menurut Gilliom (Gunarsa, 2009)
menyatakan bahwa kontrol diri adalah kemempuan individu yang terdiri dari tiga
aspek yaitu kemampuan mengendalikan atau menahan tingkah laku yang bersifat
menyakiti atau merugikan orang lain, kemampuan bekerja sama dengan orang lain
dan kemampuan untuk mengikuti peraturan yang berlaku serta kemampuan untuk
mengungkapkan keinginan atau perasaan kepada orang lain, tanpa meyakiti atau
menyinggung perasaan orang lain tersebut.
Berdasarkan
dari kedua definisi di atas maka puasa sunnah Senin-Kamis dapat di gunakan dalam
koseling pendekatan islam sebagai kontrol diri karena dalam aspek-aspek kontrol
diri memiliki kesamaan dengan hakikat dari puasa sunnah Senin-Kamis yaitu
kemampuan untuk menahan atau mengendalikan diri. Selain pengendalian diri puasa
sunnah senin-kamis juga apabila di laksanakan secara utin klien akan memperoleh
pengalaman puncak (peak experience)
yang dapat menjadi metode modifikasi perilaku terhadap klien terutama dalam hal
mengendalikan diri (self control),
menumbuhkan semangat beribadah dalam diri klien dan sarana membersihkan dan
mensucikan diri serta mendekatkan diri kepada Allah SWT menuju pribadi yang
teraktualisasi secara fisik maupaun spiritual untuk mencapai kebermaknaan hidup
yang sesungguhnya.
Selain
itu puasa sunnah Senin Kamis akan memberikan beberapa manfaat seperti :
1.
Memberikan kesempatan
istirahat kepada alat pencernaan.
Karena pada hari saat kita tidak berpuasa alat penceranaan di dalam tubuh bekerja sangat keras, dan pada saat puasalah alat pencernaan tersebut beristirahat
Karena pada hari saat kita tidak berpuasa alat penceranaan di dalam tubuh bekerja sangat keras, dan pada saat puasalah alat pencernaan tersebut beristirahat
2.
Membersihkan tubuh dari
racun dan kotoran (detoksifikasi).
Dengan puasa Senin-Kamis, berarti membatasi kalori yang masuk dalam tubuh kita sehingga menghasilkan enzim antioksi dan yang dapat membersihkan zat-zat yang bersifat racun dan karsinogen dan mengeluarkannya dari dalam tubuh.
Dengan puasa Senin-Kamis, berarti membatasi kalori yang masuk dalam tubuh kita sehingga menghasilkan enzim antioksi dan yang dapat membersihkan zat-zat yang bersifat racun dan karsinogen dan mengeluarkannya dari dalam tubuh.
3.
Mencegah penyakit yang
timbul karena pola makan yang berlebihan gizi, yang belum tentu baik untuk
kesehatan seseorang.
Kelebihan gizi atau overnutrisi mengakibatkan kegemukan yang dapat menimbulkan penyakit degeneratif seperti kolesterol dan trigliserida tinggi, jantung koroner, kencing manis (diabetes mellitus), dan lain-lain.
Kelebihan gizi atau overnutrisi mengakibatkan kegemukan yang dapat menimbulkan penyakit degeneratif seperti kolesterol dan trigliserida tinggi, jantung koroner, kencing manis (diabetes mellitus), dan lain-lain.
(http://dheryudi.wordpress.com/2009/01/18/di-balik-puasa-sunnah-senin-kamis/
di unduh 25 Desember 2012 :14:45)
BAB IV
KESIMPULAN
Kontrol
diri adalah kemampuan membimbing tingkah laku, mengendalikan diri dan
merintangi tingkah laku impulsif, ataupun kemampuan menahan tingkah laku yang
dapat merugikan orang lain serta
kemampuan untuk dapat mengikuti peraturan yang berlaku, serta kemampuan untuk
mengungkapkan keinginan atau perasaan kepada orang lain. Serta kemampuan untuk
menjalin hubungan kerjasama dengan orang lain.
Berdasarkan pada hadist di atas puasa sunnah
Senin-Kamis yang dilakukan secara rutin dapat memberikan banyak manfaat bagi
fisik/lahiriah maupun jiwa/bathiniah dengan berpuasa sunnah Senin-Kamis
individu akan mampu mengontrol dorongan-dorongan yang muncul dari id misalnya adalah bagaimana individu mampu
mengontrol dorongan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh yakni makan pada
saat berpuasa. Selain untuk mengontrol rasa lapar, puasa juga dapat menahan
individu dari hal- hal uang bersifat negatif yang akan merusak pahala dan
syarat sah ibadah puasa itu sendiri.
Berdasarkan
dari kedua definisi diatas puasa sunnah senin-kamis dan kontrol diri memiliki
kesamaan yakni mengendalikan diri dalam berperilaku. Sehingga mampu mengntrol
dorongan-dorongan negative dari id
yang tidak sesuai dengan realitas. Oleh karena itu seorang konselor muslim
hendaknya dalam proses konseling akan lebih baik jika menggunakan pendekatan
islam salah satunya yakni puasa senin kamis sebagai kontrol diri terhadap
impuls negatif yang akan memberikan efek positif baik pisik maupun pskologis
dan spiritual.
DAFTAR
PUSTAKA
Mu’arifah
Alif dan Martaniah Sri Mulyani. 2004. Hubungan
Keteraturan Menjalankan Sholat Dan Puasa Senin Kamis Dengan Agresivitas.
Jurnal Indonesia vol.1 Fakultas Psikologi UAD, Fakultas
Psikologi UGM.
(http://dheryudi.wordpress.com/2009/01/18/di-balik-puasa-sunnah-senin-kamis/
di unduh 25 Desember 2012 :14:45)
Graham,Helen.2005.
Psikologi Humanistik. Pustaka Pelajar.
No comments:
Post a Comment