12 June 2013

Filsafat Ilmu "Bahasa Ilmu" by: Edy

MAKALAH BAHASA ILMU
(Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu)
Dosen Pengampu : Drs. H.Zainal Arifiin
Disusun oleh:


         Moh Edi Komara            11420115
         Muh. Fathunnajah            11420055
         Hafshah Nur Laila           11420131
         Nurul Lubab Abdillah      11420061
         Rizki Rahmatika Amini     11420052
         Eko Setiyo Budi              11420105
         Ulil Absor                       11420083
         Nihayatussa’adah            11420107
         Soni Agus Setiawan        11420098
         Bisri Masruri                   11420132

PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Akal merupakan salah satu unsur kejiwaan manusia untuk mencapai kebenaran keindahan dan kehendak dalam rangka mencapai kebaikan. Dengan akal inilah manusia dapat berpikir untuk mencari kebenaran hakiki. Terdapat dua macam berpikir; berpikir ilmiah dan berpikir alamiah. Dari dua macam berpikir ini akan dibahas hanya berpikir Ilmiah dan khusus tentang sarananya, yaitu sarana Ilmiah. Sarana Ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan Ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Pada langkah tertentu biasanya diperlukan sarana yang tertentu pula. Oleh sebab itu maka sebelum mempelajari sarana-sarana berpikir ilmiah sebaiknya kita menguasai terlebih dahulu langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah.
Sarana berpikir ilmiah pada dasarnya ada tiga yaitu; bahasa, logika dan matematika, serta logika dan statistika. Bahasa ilmiah disini berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran seluruh proses berpikir ilmiah. Logika dan Matematika mempunyai peranan penting dalam berpikir deduktif sehingga mudah diikuti dan dilacak kebenarannya. Sedangkan logika dan statistika berperan dalam berpikir induktif untuk mencari konsep-konsep yang berlaku umum.
Sarana berpikir ilmiah mutlak perlu dipelajari dan dikuasai bagi seorang ilmuan. Akan tetapi yang akan kami bahas dalam makalah kami adalah Bahasa Ilmu.

B.       Rumusan Masalah
a)      Apakah pengertian Bahasa Ilmu?
b)      Apa Ciri-ciri dari Bahasa Ilmu?
c)      Apa saja syarat-syarat  bahasa Ilmu ?
d)     Bagaimana Hubungan Ilmu dan bahasa?
e)      Bagaimana penggolongan bahasa?
f)       Apa saja faktor kekurangan bahasa?

BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian Bahasa Ilmu
Pada dasarnya bahasa terdiri dari kata-kata atau istilah. Kata atau istilah merupakan simbol dari arti sesuatu, dapat juga berupa benda-benda, kejadian-kejadian, proses-proses atau juga hubungan-hubungan. Dari segi sintaksis kalimat secara garis besar dibedakan menjadi dua macam yakni kalimat bermakna dan kalimat tidak bermakna. Kedua macam kalimat itu bisa disebut sebagai bahasa ilmiah. Jadi bahasa ilmiah adalah kalimat berita yang merupakan suata pernyataan atau pendapat-pendapat[1].
Dalam penelaahan bahasa pada umumnya dibedakan antara bahasa alami dan bahasa buatan. Bahasa alami yaitu bahasa sehari-hari yang biasa digunakan untuk menyatakan sesuatu yang tumbuh atas dasar pengaruh alam sekelilingnya. Bahasa alami dibedakan menjadi dua macam yaitu bahasa isyarat dan bahasa biasa, sedangkan bahasa buatan adalah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan akal pikiran untuk maksud tertentu. Kata dalam bahasa buatan disebut “istilah”, sedang arti yang dikandung istilah itu disebut “konsep”. Bahasa buatan dibedakan atas dua macam:
1)        Bahasa Istilahi, bahasa ini rumusannya diambil dari bahasa biasa, yang diberi arti tertentu. Misal: Demokrasi (demos dan cratein), medan, massa, daya (dalam ilmu fisika). Dalam bahasa ini terdapat sedikit kekaburan oleh karena itu definisi diperlukan untuk menjelaskan arti yang dimaksudkan.
2)        Bahasa artifisial, adalah murni bahasa buatan. Atau juga sering disebut bahasa simbolik. Bahasa berupa simbol-simbol sebagaimana yang digunakan dalam logika maupun matematika. Bahasa ini mempunyai dua macam ciri khusus; 1) tidak berfungsi sendiri atau kosong dari arti, oleh karena itu dapat dimasuki arti apapun juga, 2) arti bahasa artifisial ditentukan oleh hubunganya.
Perbedaan antara bahasa alami dan bahasa buatan ialah isi konseptual dalam istilah tertentu lebih sewenang-wenang, arbitrer, sedang makna dari kata biasa bersifat kebiasaan sehari-hari, maka makna tidak perlu didefinisikan. Berdasarkan uraian diatas bahasa buatan inilah yang dimaksudkan dengan bahasa ilmiah. Dengan demikian bahasa ilmiah dapat dirumuskan bahasa buatan yang diciptakan oleh para ahli dalam bidangnya dengan menggunakan istilah-istilah atau lambang-lambang untuk mewakili pengertian-pengertian tertentu. Dan pada dasarnya bahasa ilmiah merupakan kalimat-kalimat deklaratif atau pernyataan yang dapat dinilai benar atau salah.
2.      Ciri-ciri bahasa ilmiah
Bahasa ilmiah merupakan bahasa yang digunakan dalam ragam bahasa resmi. Bahasa ilmiah digunakan dalam penulisan-penulisan ilmiah atau dalam penulisan ilmu pengetahuan. Ada tujuh ciri ragam bahasa keilmuan:
1.    Cendekia
Bahasa yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama, sehingga gagasan yang dikemukakan penulisan dapat diterima pembaca.
2.    Lugas
Paparan bahasa yang lugas dapat menghindari kesalahpahaman dan kesalahtafsiran isi kalimat dapat dihindari. Penulisan bernada sastra harus dihindari.
3.    Jelas
Gagasan akan mudah difahami apabila bahasa yang dituangkan secara jelas dan hubungan antar ringkasan yang satu dengan yang lainnya juga jelas.
4.    Formal
Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal. Tingkat keformalan dapat dilihat pada kosa kata, bentuk kata dan kalimatnya.


5.    Obyektif
Sifat obyektif tidak cukup dengan hanya menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak, tetapi juga diwujudkan dalam penggunaan kata.
6.    Konsisten
Unsur bahasa, tanda baca, dan istilah sekali digunakan sesuai dengan kaidah maka untuk selanjutnya digunakan secara konsisten.
7.    Bertolak dari gagasan
Bertolak dari gagasan. Bahasa keilmuan digunakan dengan orientasi gagasan. Pilihan kalimat yang lebih cocok adalah kalimat pasif, sehingga kalimat aktif perlu dihindari.
8.    Ringkas dan padat
Ciri dapat merajuk pada kandungan gagasan yang diungkapkan dengan unsur-unsur bahasa. Karena itu, jika gagasan yang terungkap sudah memadai dengan unsur bahasa yang terbatas tanpa pemborosan, ciri kepadatan sudah terpenuhi.[2]
Suatu wacana ilmiah dikatakan baik apabila memiliki tigakriteriasepertitersebut di bawahiniyakni :
Adanya kohesi atau kesatuan kohesi sebuah wacana dapat dicapai apabila semua kalimat yang membangun paragraf dalam wacana itu secara bersama-sama menyatakan sebuah maksud tunggal atau tema tunggal. Dengan kata lain, sebuahwacanadikatakanmemiliki kesatuanjikasemuakalimat yang membangunparagrapdalamwacanatersebutmendukungsebuahpikiranutama. Dengandemikian, setiapparagraphhanyamengandungsebuahpikiranutamaatausatupokokpikiran.Pikiranutamaataupokokpikiran yang didukungsebuahparagraphbiasanyaditempatkandalamsebuahkalimattopicataukalimatpokok.
Adanyakoherensiataukepaduankoherensiwacanadapatdilihatdarikepaduanhubunganantarakalimat-kalimat yang membentuksuatuparagraf.Hubunganantara ide-ide yang terdapatdalam paragraph baik ide pokokdan ide-ide penjelashendaknyamudahditangkapolehpembaca. Hal inidapatdicapaidengancaramengungkapkangagasansecarateraturdantidakmenyimpangdarigagasanutama. Kepaduansebuahparagraphdalamsebuahwacanadapatdilakukandengancaramengulangbagiankalimat yang dianggappenting.
KelengkapanSebuahwacanadikatakanlengkapapabila terdiriparagraphpembuka, paragrappenghubungdanparagraphpenutup.
3.      Syarat-syarat bahasa ilmu
1.      Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan     masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.

2.      Metode  adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.

3.      Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.

4.      Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.

5.      Religius. segala upaya yang dilakukan dalam mencari ilmu digunakan dalam upaya mendekatkan diri kepada Sang Pencipta Ilmu, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

4.     Hubungan bahasa dan ilmu
            Bahasa memiliki tugas yang paling penting yaitu memberikan kejelasan hubungan antara berpikir dan berbicara, antara fungsi ekspresif dan representatif bahasa. Menjelaskan kondisi-kondisi psikofisik dari ucapan, peranan individu dan komunitas dalam perkembangan sebuah bahasa, hubungan antara tipe-tipe bahasa umum dan struktur bahasa khusus menyelidiki sumber-sumber pertama sebuah bahasa dan hasil baru yang ada sekarang dari bahasa itu pada anak kecil dan usaha-usaha lebih lanjut.
Pandangan-pandangan pada filsafat bahasa berbeda terutama atas masalah hubungan antara yang dipikirkan dan yang diucapkan. Sementara filsafat bahasa yang lebih tua sepakat dalam mengakui kemandirian dan prioritas pikiran atas ucapan, tetapi tidak sepakat dalam menjelaskannya misalnya, bahasa sebagai sesuatu disebabkan oleh pikiran untuk maksud berkomunikasi arah empirik bahasa sebagai penampilan yang adekuat penuh dari pikiran arah idealistik),          
Beberapa pemikir modern melihat pikiran diserap oleh ucapan (G.Ipsen) atau muncul dari ucapan (Stenzel).Analisis konseptual bahasa dalam semua dimensinya dapat dilihat dari masalah semantik.Jadi dengan bahasa bukan saja manusia dapat berpikir secara teratur, namun juga dapat mengkomunikasikan apa yang sedang dia pikirkan kepada orang lain. Namun bukan itu saja, dengan bahasa kita pun dapat mengekspresikan sikap dan perasaan kita. Seorang bayi bila dia sudah kenyang dan hatinya pun sangat senang, dia mulai membuka suara.
5.      Beberapa kekurangan Bahasa
Sebagai sarana komunikasi ilmiah maka bahasa mempunyai beberapa kekurangan. Berikut ini beberapa keurangan Bahasa:
1.      Peranan Bahasa itu sendiri yang bersifat multi fungsi yaitu sebagai sarana komunikasi emotif, afektif dan simbolik. Bahasa ilmiyah pada hakikatnya haruslah bersifat obyektif tanpa mengandung emosi dan sikap; atau dengan perkataan lain bahasa ilmiyah haruslah bersifat antiseptik dan reproduktif. Dalam komunikasi ilmiah kita hanya membutuhkanaspek simbolik saja dari ketiga fungsi tersebut ketika kita ingin mengkomunikasikan informasi tanpa ikatan emotif dan afektif. Hal ini tidak mungkin terjadi, karena bahasa verbal mau tidak mau tetap mengandung ketiga unsur yang bersifat emotif, afektif, dan simbolik.
2.      Arti yang tidak jelas dan eksak yang dikandung oleh kata-kata membangun bahasa. Umpamanya Jika kita ingin mengetahui arti dari istilah ilmu maka sukar sekali bagi kita untuk mendefinisikan ilmu tersebut dengan sejelas dan seeksak mungkin. Akan tetapi dipihak lain usaha untuk menyampaikan arti dan seeksak mungkin dalam suatu proses komunikasi terdapat kemungkinan terjadi ketidak komunikatifan, disebabkan bahasa yang bertele-tele dan membosankan. Kita dapat mengambil contoh dari kehidupan sehari-hari, yaitu kata “cinta” kata ini sering dipakai dalam lingkup yang sangat luas seperti antara hubungan ibu dan anak, ayah dan anak, kakek dan nenek, dua orang kekasih, dua orang saudara, perasaan pada tanah air, dan ikatan pada rasa kemanusiaan yang besar. Dalam hal ini sukar bagi kita untuk memberi batasan yang tepat dan bersifat menyeluruh.
3.      Sifat majemuk (pluralistik) dari bahasa. Sebuah kata kadang-kadang mempunyai lebih dari satu arti yang berbeda. Contohnya kata “ilusi”, dalam kamus KBBI mempunyai arti; angan-angan; khayal; 1. Sesuatu yang memperdaya pikiran dengan memberikan kesan yang palsu; 2. Suatu gagasan yang keliru; suatu kepercayaan yang tidak berdasar; keadaan pikiran yang memperdaya seseorang.
4.      Ada beberapa kata yang memberikan arti yang sama. Sifat majemuk dari bahasa ini sering menimbulkan apa yang dinamakan dengan kekacauan semantik, dimana dua orang yang berkomunikasi berbeda, atau sebaliknya. Contohnya, pengertian tentang ”usaha kerja yang sama terkoordinasi dalam mencapai suatu tujuan tertentu”disebutkan sebagai administrasi, manajemen, pengelolaan dan tatalaksana.
5.      Sering berputar-putar (sirkular) dalam mempergunakan kata-kata terutama dalam memberikan definisi. Contoh: kata “pengelolaan” didefinisikan sebagaikegiatan yang dilakukan dalam sebuah organisasi. Sedangkan organisasi didefisikan sebagai suatu bentuk kerjasama yang merupakan wadah dari kegiatan pengelolaan.[3]


  

BAB III
PENUTUP
  A.    Kesimpulan
Bahasa ilmiah adalah kalimat berita yang merupakan suata pernyataan atau pendapat-pendapat. Bahasa ilmiah memiliki ciri-ciri dan syarat-syaratnya. Selain itu, bahasa juga memiliki hubungan dengan ilmu.Adapun kekurangan bahasa yakni:
1.      Peranan Bahasa itu sendiri yang bersifat multi fungsi
2.      Arti yang tidak jelas dan eksak yang dikandung oleh kata-kata membangun bahasa.
3.      Dan lain-lain.





Daftar Pustaka
Tim dosen filsafat ilmu UGM, “Filsafat Ilmu”, (Yogyakarta: Liberty)
Drs. H Mohammad Adib MA, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar)





[1] Tim dosen filsafat ilmu UGM, “Filsafat Ilmu”, (Yogyakarta: Liberty), Hlm 99
[2]Drs. H Mohammad Adib MA, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar) hlm 136
[3]Jujun S. Suriasumantri, filsafat ilmu sebuah pengantar populer, (jakarta; pustaka sinar harapan ), 2001, hlm. 183

No comments:

Post a Comment