MAKALAH
BAHASA ILMU
(Makalah
Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu)
Dosen
Pengampu : Drs. H.Zainal Arifiin
Disusun oleh:
Moh Edi Komara 11420115
Muh. Fathunnajah 11420055
Hafshah Nur Laila 11420131
Nurul Lubab Abdillah 11420061
Rizki Rahmatika Amini 11420052
Eko Setiyo Budi 11420105
Ulil Absor 11420083
Nihayatussa’adah 11420107
Soni Agus Setiawan 11420098
Bisri Masruri 11420132
PENDIDIKAN BAHASA
ARAB
FAKULTAS TARBIYAH
DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Akal merupakan salah satu unsur
kejiwaan manusia untuk mencapai kebenaran keindahan dan kehendak dalam rangka
mencapai kebaikan. Dengan akal inilah manusia dapat berpikir untuk mencari kebenaran
hakiki. Terdapat dua macam berpikir; berpikir ilmiah dan berpikir alamiah. Dari
dua macam berpikir ini akan dibahas hanya berpikir Ilmiah dan khusus tentang
sarananya, yaitu sarana Ilmiah. Sarana Ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang
membantu kegiatan Ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Pada
langkah tertentu biasanya diperlukan sarana yang tertentu pula. Oleh sebab itu
maka sebelum mempelajari sarana-sarana berpikir ilmiah sebaiknya kita menguasai
terlebih dahulu langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah.
Sarana berpikir ilmiah pada dasarnya
ada tiga yaitu; bahasa, logika dan matematika, serta logika dan statistika.
Bahasa ilmiah disini berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan jalan
pikiran seluruh proses berpikir ilmiah. Logika dan Matematika mempunyai peranan
penting dalam berpikir deduktif sehingga mudah diikuti dan dilacak
kebenarannya. Sedangkan logika dan statistika berperan dalam berpikir induktif
untuk mencari konsep-konsep yang berlaku umum.
Sarana berpikir ilmiah mutlak perlu
dipelajari dan dikuasai bagi seorang ilmuan. Akan tetapi yang akan kami bahas
dalam makalah kami adalah Bahasa Ilmu.
B.
Rumusan Masalah
a)
Apakah
pengertian Bahasa Ilmu?
b)
Apa
Ciri-ciri dari Bahasa Ilmu?
c)
Apa
saja syarat-syarat bahasa Ilmu ?
d)
Bagaimana
Hubungan Ilmu dan bahasa?
e)
Bagaimana
penggolongan bahasa?
f)
Apa
saja faktor kekurangan bahasa?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Bahasa Ilmu
Pada dasarnya bahasa terdiri dari kata-kata atau istilah. Kata atau
istilah merupakan simbol dari arti sesuatu, dapat juga berupa benda-benda,
kejadian-kejadian, proses-proses atau juga hubungan-hubungan. Dari segi
sintaksis kalimat secara garis besar dibedakan menjadi dua macam yakni kalimat
bermakna dan kalimat tidak bermakna. Kedua macam kalimat itu bisa disebut
sebagai bahasa ilmiah. Jadi bahasa ilmiah adalah kalimat berita yang merupakan
suata pernyataan atau pendapat-pendapat[1].
Dalam penelaahan bahasa pada umumnya dibedakan antara bahasa alami
dan bahasa buatan. Bahasa alami yaitu bahasa sehari-hari yang biasa digunakan
untuk menyatakan sesuatu yang tumbuh atas dasar pengaruh alam sekelilingnya. Bahasa
alami dibedakan menjadi dua macam yaitu bahasa isyarat dan bahasa biasa,
sedangkan bahasa buatan adalah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan akal pikiran untuk maksud tertentu. Kata dalam bahasa
buatan disebut “istilah”, sedang arti yang dikandung istilah itu disebut
“konsep”. Bahasa buatan dibedakan atas dua macam:
1)
Bahasa
Istilahi, bahasa ini rumusannya diambil dari bahasa biasa, yang diberi
arti tertentu. Misal: Demokrasi (demos dan cratein), medan, massa, daya
(dalam ilmu fisika). Dalam bahasa ini terdapat sedikit kekaburan oleh karena
itu definisi diperlukan untuk menjelaskan arti yang dimaksudkan.
2)
Bahasa
artifisial, adalah murni bahasa buatan. Atau juga sering disebut bahasa
simbolik. Bahasa berupa simbol-simbol sebagaimana yang digunakan dalam logika
maupun matematika. Bahasa ini mempunyai dua macam ciri khusus; 1) tidak
berfungsi sendiri atau kosong dari arti, oleh karena itu dapat dimasuki arti
apapun juga, 2) arti bahasa artifisial ditentukan oleh hubunganya.
Perbedaan antara bahasa alami dan bahasa buatan ialah isi
konseptual dalam istilah tertentu lebih sewenang-wenang, arbitrer, sedang makna
dari kata biasa bersifat kebiasaan sehari-hari, maka makna tidak perlu
didefinisikan. Berdasarkan uraian diatas bahasa buatan inilah yang dimaksudkan
dengan bahasa ilmiah. Dengan demikian bahasa ilmiah dapat dirumuskan bahasa
buatan yang diciptakan oleh para ahli dalam bidangnya dengan menggunakan
istilah-istilah atau lambang-lambang untuk mewakili pengertian-pengertian
tertentu. Dan pada dasarnya bahasa ilmiah merupakan kalimat-kalimat deklaratif
atau pernyataan yang dapat dinilai benar atau salah.
2.
Ciri-ciri bahasa ilmiah
Bahasa ilmiah merupakan
bahasa yang digunakan dalam ragam bahasa resmi. Bahasa ilmiah digunakan dalam penulisan-penulisan ilmiah atau
dalam penulisan ilmu pengetahuan. Ada tujuh ciri ragam bahasa keilmuan:
1. Cendekia
Bahasa yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang
tepat dan seksama, sehingga gagasan yang dikemukakan penulisan dapat diterima
pembaca.
2. Lugas
Paparan bahasa yang lugas dapat menghindari
kesalahpahaman dan kesalahtafsiran isi kalimat dapat dihindari. Penulisan
bernada sastra harus dihindari.
3.
Jelas
Gagasan akan mudah difahami apabila bahasa yang dituangkan secara jelas dan
hubungan antar ringkasan yang satu dengan yang lainnya juga jelas.
4. Formal
Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal. Tingkat keformalan
dapat dilihat pada kosa kata, bentuk kata dan kalimatnya.
5. Obyektif
Sifat obyektif tidak cukup dengan hanya menempatkan gagasan sebagai pangkal
tolak, tetapi juga diwujudkan dalam penggunaan kata.
6. Konsisten
Unsur bahasa, tanda baca, dan istilah sekali digunakan sesuai dengan kaidah
maka untuk selanjutnya digunakan secara konsisten.
7. Bertolak dari gagasan
Bertolak dari gagasan. Bahasa keilmuan digunakan dengan orientasi gagasan.
Pilihan kalimat yang lebih cocok adalah kalimat pasif, sehingga kalimat aktif
perlu dihindari.
8. Ringkas dan padat
Ciri dapat merajuk pada kandungan gagasan yang diungkapkan dengan unsur-unsur
bahasa. Karena itu, jika gagasan yang terungkap sudah memadai dengan unsur
bahasa yang terbatas tanpa pemborosan, ciri kepadatan sudah terpenuhi.[2]
Suatu wacana ilmiah
dikatakan baik apabila memiliki tigakriteriasepertitersebut di bawahiniyakni :
Adanya kohesi atau
kesatuan kohesi sebuah wacana dapat dicapai apabila semua kalimat yang
membangun paragraf dalam wacana itu secara bersama-sama menyatakan sebuah
maksud tunggal atau tema tunggal. Dengan kata lain,
sebuahwacanadikatakanmemiliki kesatuanjikasemuakalimat yang membangunparagrapdalamwacanatersebutmendukungsebuahpikiranutama.
Dengandemikian, setiapparagraphhanyamengandungsebuahpikiranutamaatausatupokokpikiran.Pikiranutamaataupokokpikiran
yang didukungsebuahparagraphbiasanyaditempatkandalamsebuahkalimattopicataukalimatpokok.
Adanyakoherensiataukepaduankoherensiwacanadapatdilihatdarikepaduanhubunganantarakalimat-kalimat
yang membentuksuatuparagraf.Hubunganantara ide-ide yang terdapatdalam paragraph
baik ide pokokdan ide-ide penjelashendaknyamudahditangkapolehpembaca. Hal
inidapatdicapaidengancaramengungkapkangagasansecarateraturdantidakmenyimpangdarigagasanutama.
Kepaduansebuahparagraphdalamsebuahwacanadapatdilakukandengancaramengulangbagiankalimat
yang dianggappenting.
KelengkapanSebuahwacanadikatakanlengkapapabila terdiriparagraphpembuka, paragrappenghubungdanparagraphpenutup.
3.
Syarat-syarat bahasa ilmu
1. Objektif.
Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak
dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau
mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang
dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga
disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau
subjek penunjang penelitian.
2. Metode adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi
kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya,
harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal
dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis
berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3. Sistematis.
Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus
terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk
suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu
menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang
tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu
yang ketiga.
4. Universal.
Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum
(tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya
universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial
menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan
ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk
mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks
dan tertentu pula.
5. Religius.
segala upaya yang dilakukan dalam mencari ilmu digunakan dalam upaya
mendekatkan diri kepada Sang Pencipta Ilmu, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
4.
Hubungan bahasa dan ilmu
Bahasa memiliki tugas yang paling
penting yaitu memberikan kejelasan hubungan antara berpikir dan berbicara,
antara fungsi ekspresif dan representatif bahasa. Menjelaskan kondisi-kondisi
psikofisik dari ucapan, peranan individu dan komunitas dalam perkembangan
sebuah bahasa, hubungan antara tipe-tipe bahasa umum dan struktur bahasa khusus
menyelidiki sumber-sumber pertama sebuah bahasa dan hasil baru yang ada
sekarang dari bahasa itu pada anak kecil dan usaha-usaha lebih lanjut.
Pandangan-pandangan pada
filsafat bahasa berbeda terutama atas masalah hubungan antara yang dipikirkan
dan yang diucapkan. Sementara filsafat bahasa yang lebih tua sepakat dalam
mengakui kemandirian dan prioritas pikiran atas ucapan, tetapi tidak sepakat
dalam menjelaskannya misalnya, bahasa sebagai sesuatu disebabkan oleh pikiran
untuk maksud berkomunikasi arah empirik bahasa sebagai penampilan yang adekuat
penuh dari pikiran arah idealistik),
Beberapa pemikir modern
melihat pikiran diserap oleh ucapan (G.Ipsen) atau muncul dari ucapan (Stenzel).Analisis
konseptual bahasa dalam semua dimensinya dapat dilihat dari masalah
semantik.Jadi dengan bahasa bukan saja manusia dapat berpikir secara teratur,
namun juga dapat mengkomunikasikan apa yang sedang dia pikirkan kepada orang
lain. Namun bukan itu saja, dengan bahasa kita pun dapat mengekspresikan sikap
dan perasaan kita. Seorang bayi bila dia sudah kenyang dan hatinya pun sangat
senang, dia mulai membuka suara.
5.
Beberapa kekurangan Bahasa
Sebagai
sarana komunikasi ilmiah maka bahasa mempunyai beberapa kekurangan. Berikut ini
beberapa keurangan Bahasa:
1.
Peranan
Bahasa itu sendiri yang bersifat multi fungsi yaitu sebagai sarana komunikasi
emotif, afektif dan simbolik. Bahasa ilmiyah pada hakikatnya haruslah bersifat
obyektif tanpa mengandung emosi dan sikap; atau dengan perkataan lain bahasa
ilmiyah haruslah bersifat antiseptik dan reproduktif. Dalam komunikasi ilmiah
kita hanya membutuhkanaspek simbolik saja dari ketiga fungsi tersebut ketika
kita ingin mengkomunikasikan informasi tanpa ikatan emotif dan afektif. Hal ini
tidak mungkin terjadi, karena bahasa verbal mau tidak mau tetap mengandung
ketiga unsur yang bersifat emotif, afektif, dan simbolik.
2.
Arti
yang tidak jelas dan eksak yang dikandung oleh kata-kata membangun bahasa.
Umpamanya Jika kita ingin mengetahui arti dari istilah ilmu maka sukar sekali
bagi kita untuk mendefinisikan ilmu tersebut dengan sejelas dan seeksak
mungkin. Akan tetapi dipihak lain usaha untuk menyampaikan arti dan seeksak
mungkin dalam suatu proses komunikasi terdapat kemungkinan terjadi ketidak
komunikatifan, disebabkan bahasa yang bertele-tele dan membosankan. Kita dapat
mengambil contoh dari kehidupan sehari-hari, yaitu kata “cinta” kata ini sering
dipakai dalam lingkup yang sangat luas seperti antara hubungan ibu dan anak,
ayah dan anak, kakek dan nenek, dua orang kekasih, dua orang saudara, perasaan
pada tanah air, dan ikatan pada rasa kemanusiaan yang besar. Dalam hal ini
sukar bagi kita untuk memberi batasan yang tepat dan bersifat menyeluruh.
3.
Sifat
majemuk (pluralistik) dari bahasa. Sebuah kata kadang-kadang mempunyai lebih
dari satu arti yang berbeda. Contohnya kata “ilusi”, dalam kamus KBBI mempunyai
arti; angan-angan; khayal; 1. Sesuatu yang memperdaya pikiran dengan memberikan
kesan yang palsu; 2. Suatu gagasan yang keliru; suatu kepercayaan yang tidak
berdasar; keadaan pikiran yang memperdaya seseorang.
4.
Ada
beberapa kata yang memberikan arti yang sama. Sifat majemuk dari bahasa ini
sering menimbulkan apa yang dinamakan dengan kekacauan semantik, dimana dua
orang yang berkomunikasi berbeda, atau sebaliknya. Contohnya, pengertian
tentang ”usaha kerja yang sama terkoordinasi dalam mencapai suatu tujuan
tertentu”disebutkan sebagai administrasi, manajemen, pengelolaan dan
tatalaksana.
5.
Sering
berputar-putar (sirkular) dalam mempergunakan kata-kata terutama dalam
memberikan definisi. Contoh: kata “pengelolaan” didefinisikan sebagaikegiatan
yang dilakukan dalam sebuah organisasi. Sedangkan organisasi didefisikan
sebagai suatu bentuk kerjasama yang merupakan wadah dari kegiatan pengelolaan.[3]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bahasa ilmiah adalah kalimat berita yang merupakan suata pernyataan
atau pendapat-pendapat. Bahasa ilmiah memiliki ciri-ciri dan syarat-syaratnya.
Selain itu, bahasa juga memiliki hubungan dengan ilmu.Adapun kekurangan bahasa
yakni:
1.
Peranan
Bahasa itu sendiri yang bersifat multi fungsi
2.
Arti
yang tidak jelas dan eksak yang dikandung oleh kata-kata membangun bahasa.
3.
Dan
lain-lain.
Daftar Pustaka
Tim dosen filsafat ilmu UGM, “Filsafat
Ilmu”, (Yogyakarta: Liberty)
Drs. H Mohammad Adib MA, Filsafat
Ilmu, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar)
No comments:
Post a Comment