TINJAUAN
NOVEL “BUMI CINTA” DARI PRESPEKTIF PENDIDIKAN KARAKTER
Makalah ini dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Disusun oleh :
Feri Octavianus (09420145)
Roihatul Jannah (10420062)
Moh Edi Komara (11420115)
Husna Rosidah (11420109)
Darojatul Azijah (11420114)
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SUNAN KALIJAGA
FAKULTAS TARBIYAH
DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN BAHASA
ARAB
YOGYAKARTA
2011
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah segala
puji marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan taufik-Nya sehingga kita masih diberi kesempatan untuk memeluk agama yang
diridhoi-Nya. Shalawat serta salam marilah kita panjatkan ke junjungan kita
bersama, Muhammad SAW, seorang utusan Allah SWT yang telah merubah kehidupan manusia
pra sejarah sehingga dapat berdampak terhadap kehidupan di masa selanjutnya,
yaitu jaman yang penuh dengan modernisasi dan globalisasi seperti sekarang ini.
Makalah ini berisi tentang
penjelasan singkat mengenai tinjauan
novel “Bumi Cinta” dari segi pendidikan karakter. Selain itu kami
sisipkan beberapa pengertian dan sikap-sikap yang harus ada dalam pendidikan
karakter. Kemudian makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan khususnya dalam mata kuliah al-qur’an ini.
Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada
pembimbing, Bu Aninditya Sri Nugrahaeni, M.Pd, yang telah membimbing kami dalam
proses penulisan makalah ini.
Kami sadar, makalah ini jauh dari kesempurnaan
sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, dikalangan publik sedang beredar topik
pembicaraan dalam dunia pendidikan, yaitu perbincangan mengenai pendidikan
karakter. Mendiknas memiliki wacana untuk menempatkan metode ini dalam setiap
lembaga pendidikan, karena mereka menganggap bahwa selain mengasah
intelektualitas peserta didik diperlukan
juga pendidikan karakter yang dapat membantu kelancaran proses pendidikan
bahkan dapat menambah mutu pendidikan di negara berkembang ini.
Pada
kesempatan kali ini, kami hendak memaparkan sedikit mengenai hakikat dari
pendidikan karakter dan segala komponen
yang berkaitan. Selain itu kami mencoba meninjau relevansi novel “Bumi Cinta”
karya Habiburahman El-Shirazy dengan pendidikan karakter. Karena didalam novel
tersebut dideskripsikan karakter yang dimiliki oleh seorang mahasiswa yang
melakukan risetnya di negara Rusia, guna menyelesaikan tugas S3-nya dengan
mengalami banyak cobaan yang amat menggiurkan apabila dihadapi oleh kita
sebagai orang awam. Demikian juga kami memaparkan sedikit mengenai karakter apa
saja yang hendak dimiliki oleh seorang pencari ilmu, agar ketika dalam
mewujudkan tujuan yang mulia tersebut tidak tersesat atau masuk dalam lubang
yang sangat gelap dan dalam dan kesuksesanpun mudah diraih tanpa hambatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat kita simpulkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah Pengertian dari pendidikan karakter?
2. Apakah sikap yang harus dimiliki dalam pendidikan
karakter?
3. Bagaimana relevansi novel “Bumi Cinta” karya
Habiburahman El-Shirazy dengan pendidikan karakter?
4. Apakah hikmah yang dapat diambil dari novel “Bumi
Cinta” yang berkaitan dengan pendidikan karakter guna peningkatan kualitas
pendidikan di indonesia?
C. Tujuan dan Manfaat
Sesuai dengan pokok permasalahan di atas maka
makalah ini mempunyai:
1.
Tujuan
Makalah
ini memiliki tujuan yang ingin dicapai, adapun tujuan yang ingin dicapai adalah
sebagai berikut :
a.
Untuk memberikan pengetahuan mengenai
karakter-karakter yang harus dimiliki bagi seorang pencari ilmu khususnya para
perantau.
b.
Untuk memberikan pemahaman bahwasanya
pendidikan karakter itu penting dalam proses pendidikan.
2.
Manfaat
Adapun
manfaat dari pembuatan makalah ini adalah sebagai loyalitas kami terhadap
matakuliah Bahasa Indonesia dan sebagai sedikit sumbangan kepada khazanah pengetahuan
dalam membantu membangunan karakter mahasiswa yang intelek dan memiliki
karakter yang baik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter
adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada segenap pendidik,
peserta didik, dan staff yang bekerja di sekolah yang meliputi komponen
kognitif, psikomotorik, afektif untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik
terhadap tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun
kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil[1].
Adapun pengertian yang lainnya, pendidikan karakter merupakan proses
pengembangan nilai-nilai karakter pada diri peserta didik sehingga
terinternalisasi dan tercermin dalam kehidupan dirinya sebagai anggota
masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif, dan kreatif[2].
Pendidikan karakter pada dasarnya harus mulai diterapkan sejak dini atau
pada usia taman kanak-kanak karena pada saat itu sebagai usia awal dari
penerapan pendidikan. Tidak terhenti sampai disana, pendidikan karakter harus
tetap berkelanjutan sampai jenjang berikutnya dalam dunia pendidikan, seperti
SD, SMP, SMP dan Perguruan Tinggi.
Dari beberapa pengertian diatas telas jelas bahwa pendidikan karakter
merupakan sebuah upaya untuk membentuk watak atau karakter seseorang agar
berakhlaq mulia dan berperilaku baik. Sehingga dapat memudahkan proses pendidikan dan penanaman
nilai-nilai kebaikan dari segala aspek.
B. Sikap yang harus ada dalam Pendidikan Karakter
Adapun sikap yang harus dimiliki dalam
pendidikan karakter adalah sebagai berikut:
1.
Cinta Tuhan dan alam semesta beserta isinya
2.
Tanggung jawab, kedisiplinan, dan kemandirian
3.
Kejujuran
4.
Hormat dan santun
5.
Kasih sayang, kepedulian dan kerjasama
6.
Percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah
7.
Kepemimpinan dan keadilan
8.
Baik dan rendah hati
Kesembilan karakter tersebut
haruslah ditumbuhkan sejak dini sehingga akan menimbulkan kebiasaan yang
positif kepada pendidik dan peserta didik. Selain itu komponen-komponen yang
ikut terlibat dalam lembaga pendidikan itu, hendaklah memberikan partisipasi
terhadap proses pendidikan karakter yang akhirnya dapat memberikan hasil yang
luar biasa sesuai dengan tujuan dari pendidikan karakter.
C. Relevansi novel “Bumi Cinta” dengan
Pendidikan Karakter
Nilai-nilai yang terkandung dalam novel “Bumi Cinta” dapat digolongkan menjadi
empat bagian, yaitu: 1) Nilai Pendidikan terhadap Allah SWT, 2) Nilai
Pendidikan terhadap diri sendiri, 3) Nilai pendidikan terhadap lingkungan.
Adapun penjelasan dari setiap penggolongan nilai tersebut adalah sebagai
berikut:
A. Nilai Pendidikan kepada Allah SWT
1. Cinta Kepada Allah SWT
Cinta
kepada Allah SWT dapat diwujudkan dengan melaksanakan segala perintahnya dan
menjauhi segala larangannya.
Dengan penuh rasa cinta pada Allah
semata Ayyas memanjatkan do’a dalam getar suara menyesakan dada, “Ya Allah,
aku tetap memohon kepada-Mu agar Engkau selamatkan Shopia. Hanya Engkau yang
bisa menyelamatkannya Ya Allah. Engkaulah Dzat yang menghidupkan dan mematikan,
ya Allah berikanlah kesempatan kepadaku untuk memenuhi permintaan orang yang
berhijrah di jalan Mu akan tetapi jika Engkau menkadirkan Shopia mati, Ya
Allah, maka jadikanlah matinya itu sahid di jalan Mu. Dan terimalah dia dengan
penuh keridha’an-Mu jika itu yang terjadi ya Allah, maka sahidkan pula aku di
jalan Mu agar kelak aku bisa berjumpa denganya si Bumi Cinta Mu yang sejati,
yaitu surga yang Engkau sediakan bagi hamba-hamba Mu yang beriman dan beramal
saleh, kabulkanlah do’a ku Ya Allah.Amin[4]”
2. Berdo’a
Pengungkapan Kelemahan seorang hamba dihadapan Sang Pencipta dan selalu
mencoba meyakinkan diri bahwa Tuhan selalu ada disisinya dalam setiap keadaan.
Ayyas menghelakan nafas..., ia
memejamkan mata dan berdo’a “A’udzubillahi min fitnatin nisaa[5]’!”
Selesai salam, Ayyas langsung
berdo’a sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW,
“Ya Allah hamba minta kepada-Mu
kebaikan daerah ini, kebaikan penghuninya dan kebaikan yang ada didalamnya. Dan
hamba berlindung kepada-Mu ya Allah dari buruknya daerah ini, dari buruknya
penghuni daerah ini dan segala keburukan yang ada didalamnya. Amin”[6]
3. Taubat (mohon ampun)
Memohon
ampun terhadap segala kesalahan yang dilakukannya
Dalam
sujud berulangkali dia memohon ampun kepada Allah SWT, berulangkali diucapkan
do’a nabi yunus ketika berada dalam perut ikan. “Tiada tuhan selain Engkau, Maha
Suci Engkau (Ya Allah), Sungguh aku termasuk orang-orang yang dzalim[7].”
4. Tawakal
Membebaskan diri dari segala ketergantungan kepada selain Allah SWT dan
menyerahkan segalanya pada Allah semata.
Ayyas
berusaha untuk kembali kepada Allah, menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Allah setiap kali memulai aktivitas apa
saja. Ia merasa dirinya lemah tiada berdaya, yang memberinya kekuatan adalah
Allah, yang memberikan kemampuan berfikir adalah Allah, dan yang menjaganya dari
segala yang tidak baik adalah Allah[8].
5. Syukur
Berterima kasih kepada Allah SWT atas nikmat-nikmat yang telah
dianugerahkan-Nya, yang dalam novel ini diungkapkan dalam kata “Alhamdulilah”
Apakah kau sudah melihat Apartemen di
Smolenskaya?” tanya ayyas pelan.
“ Belum. Aku harus sangat berhati-hati.
Aku tidak boleh lengah sedikitpun. Bagaimana kabarnya Yelena?”.
“Jadi kamu belum tahu kabar Yelena?.”
“Belum.
“Alhamdulillah, Yelena juga sudah
muslimah.”
“Benarkah?” linor tidak percaya.
“Benar”
“Yelena yang tidak percaya adanya Tuhan
itu sekarang Muslimah?[9]”
B. Nilai Pendidikan terhadap diri
sendiri
1.
Tanggungjawab
Merupakan sikap melakukan tugas
ataupun kewajiban yang harus dipenuhi baik terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
negara dan tuhan Yang Maha Esa.
“......kamu
lalu minta maaf kepada Bu Tyas dengan wajah pura-pura memelas. Dan Bu Tyas mau
memaafkan asal kamu bediri di depan kelas selama Bu Tyas mengajar dalam satu semester.”
“Dan aku
mematuhi syarat Bu Tyas. Kejadian penjepretan itu di awal hampir satu semester selama pelajaran bahasa
inggris aku berdiri bagai patung di depan kelas dengan sat kaki. Sampai
beberapa teman perempuan kita menjuluki aku si bandit kecil berkaki satu.[10]”
2.
Disiplin
Merupakan perilaku yang menunjukan kepada suatu peraturan
yang berlaku dalam lingkungannya.
Professor Tomsky ternyata belum
tiba. Janji denganya memang pukul setengah sebelas dan sekarang baru pukul
sepuluh lebih seperempat, artinya ia datang lebih dulu seperempat jam. Seorang
perempuan tua gemuk pendek mendekat. Perempuan itu memakai kerudung kosinka
putih lazimnya perempuan tua di desa-desa russia. Matanya dihiasi kacamata yang
kecil bundar[11].
3. Jujur
Mengatakan
segala sesuatu sesuai dengan fakta empirik
”Apa
yang sebenarnya terjadi? Kenapa diriku yang dituduh? Bagaimana mereka
mendapatkan fotoku?” tanya ayyas yang diliputi tanda cemas dan bingung[12]
4.
Hormat dan Santun
Merupakan sikap menghargai dan
menghormati sesama manusia sehingga tidak menimbulkan perselisihan diantara
sesama.
“Yang aku heran, kamu
saat itu kok keliatan begitu tenang menjalani hukuman itu. Kamu juga tidak lari
pulang kerumah pada saat pelajaran terakhir.kamu begitu setia menunggu Bu Tyas masuk
kelas, lalu kamu dengan tanpa disuruh langsung ke depan kelas dan berdiri
dengan kaki satu, lalu diam bagai patung sampai kelas bubar. Apa sih yang
membuatmu melakukan kejahilan itu[13].”
5.
Percaya diri
Melakukan
segala hal sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Ayyas langsung berdiri dari tempat
duduk. Ia berdiri dengan tenang, kedua matanya memandang seluruh ruangan
bagaikan seorang raja memandang rakyatnya lalu ia berkata,
“Kalian
ingat puisi Paluson yanhg dikutip Leo Tostoy dalam cerpennya yang berjudul
tuhan dan manusia.”
Terdengarlah
gemuruh dari seluruh peserta bahwa mereka tidak ingat.
“Kalian mau aku bacakan puisi itu?”
Serentak mereka menjawab “ya
bacakanlah!”
Ayyas langsung mendeklamasikan puisi
itu dengan lantang,
“Topan yang menyembunyikan langit,
Angin pusar membawa salju
Sekarang ia mengaum bagai hewan buas
Sebentar kemudian bagai anak kecil
Ia merengut keluh[14]”
6.
Teguh Pendirian / Konsisten
Sikap
memegang teguh prinsip atau ideologi yang diyakini dan selalu mencoba menjaga
untuk tetap melaksanakan prinsip tersebut
“Kau tahu
Yas, Sopir tua ini menawari kita cewek Rusia?” kata Devi pada Ayyas
“Ya
aku tahu.”
“Kau
Mau?”
“Gila
kau Dev! Itu Zina! Haram!”
“He he
he! Baguslah kau masih kukuh memegang keyakinanmu. Aku ingin tahu seberapa
kukuh imanmu di sini. Kalau aku, sorry saja, aku sudah tidak mau dibelenggu
aturan agam apa pun, hehe.” Ejek David sambil terus terkekeh-kekeh[15].
C. Nilai Pendidikan Karakter terhadap
Lingkungan
1.
Memakmurkan Masjid
Salah satu cara dalam memakmurkan masjid yaitu dengan melaksanakan kewajiban didalamnya dan
menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat
Ayyas memasuki masjid ada puluhan
orang didalam masjid yang sedang membaca al-qur’an dalam kelompok melingkar.
Adzan maghrib lima menit lagi. Ayyas mengambil air wudhu lalu duduk membaca
al-qur’an tak jauh dari lingkaran.
Adzan berkumandang. Panggilan cinta
dari Allah. Begitu sejuk, begitu merdu. Ayyas meneteskan air mata. Setelah
berhari-hari di Moscoa baru kali ini ia mendengar suara adzan. Dan baru kali
ini ia akan shalat berjama’ah di masjid[16].
2.
Mengajar Ilmu agama kepada generasi muda
Memberikan ilmu
yang dimiliki kepada anak-anak sehingga ilmu dapat bermanfaat bagi umat.
Setiap
malam, setelah shalat isya’ Ayyas menyempatkan diri ke rumah Alief untuk
mengajari Shamil dan Sarah bagaimana cara membaca al-qur’an dan bagaimana
shalat dengan benar[17].
3. Peduli terhadap sesama
Perilaku menyimpan rasa
empatik terhadap sesama manusia sehingga dapat menimbulkan hubungan yang
harmonis.
Ayyas
langsung teringat Allah. Bahwa diciptakanya manusia oleh Allah adalah untuk
beribadah kepadanya, untuk berbuat kebaikan di atas muka bumi ini karenanya. Ia
langsung teringat perintah Allah di dalam al-qur’an untuk menjaga nyawa orang
lain, bahwa menjaga hidup satu nyawa manusia itu sama dengan menjaga seluruh
umat manusia. Kalimat yang disampaikan perempuan tua itu berhasil menggugah
sisi iman ayyas.
“Baiklah. Mari
kita selamatkan satu nyawa umat manusia semampu kita.” Kata Ayyas[18]
Pendidikan Karakter memiliki
relevansi dan peran yang besar dalam pendidikan nasional seperti yang tercantum
dalam pasal 3 UU SISDIKNAS:
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan pengembangan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab[19].
Adapun sikap-sikap Pendidikan
Karakter dalam novel “Bumi Cinta” karya Habiburahman El-Shirazy yang relevan
dengan tujuan pendidikan nasional adalah sebagai berikut:
1.
Keimanan yang kuat Kepada Allah SWT, artinya memiliki kepercayaan yang kuat
kepada Allah SWT dan rela untuk memberikan segala sesuatunya kepada Allah SWT.
Seperti yang tergambar pada novel tersebut bahwa tokoh Ayyas mampu memegang
teguh kepercayaanya kepada Allah SWT ketika dalam lingkungan yang serba bebas
dan menyerahkan segala perkara yang dihadapinya kepada Sang Khaliq.
2.
Pengungkapan Kelemahan seorang hamba dihadapan Sang Pencipta dan selalu
mencoba meyakinkan diri bahwa Tuhan selalu ada disisinya dalam setiap keadaan.
Seperti yang tergambar dalam novel bahwa Ayyas selalu berdo’a kepada Allah SWT
ketika menghadapi segala perkara yang dianugerahkan kepadanya.
3.
Menerima segala sesuatu yang dianugerahkan oleh Allah SWT baik berupa
perintah, larangan dan petunjuk dengan sepenuh hati tanpa keraguan sedikit pun.
4.
Membebaskan diri dari segala ketergantungan kepada selain Allah SWT dan
menyerahkan segalanya pada Allah semata.
5.
Berterimakasih kepada Allah SWT atas nikmat-nikmat yang telah
dianugerahkan-Nya.
6.
Berperilaku tidak bergantung dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.
7.
Bersungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan dalam kehidupan dan
menyelesaikanya dengan baik, dalam artian mengatasi masalah tanpa masalah.
8.
Memberikan rasa kasih sayang terhadap sesama.
9.
Memakmurkan masjid dengan melaksanakan kewajiban didalamnya dan menjadikan
masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat.
10. Memberikan ilmu yang
dimiliki kepada anak-anak sehingga ilmu dapat bermanfaat bagi umat.
11. Berfikir kreatif dalam
menghadapi segala perkara sehingga dapat menimbulkan tindakan-tindakan yang
positif.
D. Hikmah dari novel “Bumi Cinta”
yang berkaitan guna kemajuan Pendidikan Karakter di Indonesia
Setelah kami membaca, memahami dan
menelaah setiap bait-bait kalimat dalam novel “Bumi Cinta”, kami dapat
mengambil beberapa hikmah yang dapat kita terapkan dalam kehidupan kita
sehari-hari, khususnya dalam proses pendidikan adalah :
1. Mengedepankan nilai-nilai agama dalam
setiap hal dan segala keadaan sehingga senantiasa dapat mengahadapinya dengan
penuh kesabaran dan ketabahan.
2. Motivasi yang tinggi dan membangun
semangat menuntut ilmu
3. Berdisiplin dalam segala hal dalam
setiap waktu dan kesempatan
4. Melakukan segala sesuatu dengan
rencana yang jelas dan teratur
5. Peduli
terhadap sesama dan tidak mementingkan kepentingan pribadi serta mengedepankan kepentingan
bersama
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada
akhirnya kami dapat menyimpulkan bahwa pendidikan karakter itu sangat penting
dan berpengaruh terhadap kepribadian sesorang dalam menuntut ilmu seperti
tergambar dalam novel “Bumi Cinta” karya Kang Abik yang mengedepankan
nilai-nilai agama dalam segala aspek kehidupan.
Selain itu terdapat nilai-nilai yang
patut diterapkan dalam sistem pendidikan kita pada masa kini khususnya
pendidikan karakter, sehingga dapat memberikan corak yang lebih beragam di kancah negeri ini.
B. SARAN
Sesuai dengan pembahasan
diatas tentang pendidikan karakter, kami menyarankan beberapa point sebagai
berikut:
Hendaknya mengedepankan
nilai-nilai agama dalam segala aspek
Menumbuhkan sifat toleransi dan
solidaritas tinggi pada seluruh komponen yang terlibat dalam pendidikan
karakter
DAFTAR PUSTAKA
El-Shirazy
Habiburrahman, Bumi Cinta, (Jakarta:Basmala, 2010)
Sudrajat Akhmad, Pendidikan
Karakter di SMP, http.wordpress.com
Hasan Said Hamid, dkk, Pengembangan
Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa, (Jakarta:Badan Penenlitian dan
Pengembangan, 2010)
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Undang-undang Republik Indonesia no 20
tahu 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISIDIKNAS), (Yogyakarta:Pustaka
Pelajar, 2007)
No comments:
Post a Comment