13 May 2013

Trainers Indonesia "Isoterm Adsorpsi Zat Warna oleh Karbon Aktif by: Aam"


A.     Tujuan Percobaan
1.   Menentukkan model yang sesuai untuk adsorpsi zat warna oleh karbon aktif.
2.   Menghitung kapasitansi adsorpsi oleh karbon aktif.

B.     Dasar Teori
1.      Adsorpsi
Adsorbsi secara umum adalah proses penggumpalan subtansi terlarut (soluble) yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana terjadi suatu ikatan kimia fisika antara subtansi dengan penyerapannya. Adsorbsi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu ;
1.      Adsorbsi fisik, yaitu berhubungan dengan gaya Van der Waals dan merupakan suatu proses bolak – balik apabila daya tarik menarik antara zat terlarut dan adsorben lebih besar daya tarik menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya maka zat yang terlarut akan diadsorbsi pada permukaan adsorben.
2.      Adsorbsi kimia, yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dan zat terlarut yang teradsorbsi (Atkins, 1997).
              Istilah adsorpsi digunakan untuk menjelaskan kenyataan bahwa ada konsentrasi yang lebih besar dari molekul yang teradsorpsi pada permukaan padatan daripada dalam fasa gas atau dalam badan larutan. Secara umum, adsorben padatan dengan ukuran partikel kecil digunakan dan sering dengan ketidaksempurnaan permukaan seperti keretakan dan lubang yang dapat meningkatkan luas permukaan persatuan massa. Partikel-partikel berpori yang kecil tersebut mempunyai luas permukaan spesifik antara 10 – 1000 m2 g-1. Beberapa contoh adsorben yang umum digunakan adalah karbon aktif, silika gel (SiO2), alumina (Al2­O3), zeolit dan penyaring molekul (Taba, 2011). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan adsorpsi suatuadsorben diantaranya adalah sebagai berikut (Junaidi, 2009) :
1.Luas permukaan adsorben
         Semakin luas permukaan adsorben, semakin banyak adsorbat yang diserap,sehingga proses      adsorpsi dapat semakin efektif. Semakin kecil ukurandiameter pertikel maka semakin luas       permukaan adsorben.

2.Ukuran partikel
Makin kecil ukuran partikel yang digunakan maka semakin besar kecepatanadsorpsinya. Ukuran diameter dalam bentuk butir adalah lebih dari 0,1 mm,sedangkan ukuran diameter dalam bentuk serbuk adalah 200 mesh.
3.Waktu kontak
Semakin lama waktu kontak dapat memungkinkan proses difusi dan penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik. Konsentrasi zat-zat organic akan turun apabila kontaknya cukup dan waktu kontak biasanyasekitar 10-15 menit.
4.Distribusi ukuran pori
Distribusi pori akan mempengaruhi distribusi ukuran molekul adsorbat yang masuk kedalam partikel adsorben. Kebanyakan zat pengadsorpsi atau adsorben merupakan bahan yang sangat berpori dan adsorpsi berlangsung terutama pada dinding-dinding pori atau letak-letak tertentu didalam partikel tersebut.Penyerapan ion-ion logam pada pada permukaan sel mikroorganisme dapat digambarkan dengan kurva Freundlich atau Langmuir, menggunakan data konsentrasi logam yang terikat dan yang masih terdapat dalam larutan, namun pendekatan isoterm Langmuir merupakan pendekatan yang paling umum digunakan (Mawardi, 2009).
2.      Absorpsi
                        Absorpsi radiasi berhubungan dengan perubahan hanya dalam energi rotasional. Suatu spektrum absorpsi vibrasi yang khas terdiri dari pita-pita kompleks dan bukan garis-garis tunggal (Day dan Underwood, 1994).
                  Laju absorpsi θ merupakan laju perubahan penutupan permukaan dan dapat ditentukan dengan mengamati perubahan penutupan terfraksi terhadap waktu. Laju tertutupnya permukaan oleh adsorbat, bergantung pada kemampuan substrat untuk menghamburkan energi partikel datang sabagai gerakan termal, saat partikel itu menabrak permukaan. Jika energi itu tidak dihamburkan dengan cepat, partikel itu bermigrasi di atas permukaan, sampai sebuah vibrasi mengeluarkannya ke dalam gas pelapis, atau partikel itu mencapai tepian. Perbandingan antara tabrakan dengan permukaan yang menghasilkan adsorpsi, disebut peluang melekat s (Atkins, 1997):
Menurut Atkins 1997, Isoterm Langmuir adalah isoterm yang paling sederhana, didasarkan pada asumsi bahwa setiap tempat absorpsi adalah ekuivalen, dan kemampuan partikel untuk terikat ditempat, tidak bergantung pada ditempati atau tidaknya tempat yang berdekatan. Dengan konstanta laju ka untuk absorpsi dan kd untuk desorpsi. Laju perubahan untuk penutupan permukaan karena absorpsi, sebanding dengan tekanan A sebesar P dan jumlah tempat kosong N(1 - θ), dengan N merupakan jumlah tempat total:
θ = kapN(1 – θ)
3.      Isotermal Freundlich
            Adsorpsi isoterm Freundlich, merupakan persamaan yang menunjukkanhubungan antara jumlah zat yang terserap dengan konsentrasi zat dalam larutan,dan dinyatakan dengan persamaan :
 = k Cn
dengan m adalah jumlah miligram zat yang terserap pergram zat penyerap, cadalah konsentrasi zat terserap saat seimbang, k dan n adalah tetapan. Denganmengukur m sebagai fungsi c dan memplot log m terhadap log c, maka nilai ndan k dapat ditentukan dari slop dan intersepnya. Isoterm Freundlich tidak berlaku jika konsentrasi (atau tekanan) zat terserap terlalu tinggi (Mawardi,2009). Adsorpsi Isoterm Langmuir. Langmuir menggambarkan bahwa pada permukaan penyerap terdapat sejumlah tertentu pusat aktif (active sites) yang sebanding dengan luas permukaan penyerap. Pada setiap pusat aktif hanya satu molekul yang dapat diserap. Ikatan antara zat yang terserap dengan penyerap dapat terjadi secara fisika (physisorption) atau secara kimia (chemisorption).Ikatan tersebut harus harus cukup kuat untuk mencegah perpindahan molekulyang telah terserap sepanjang permukaan penyerap. Interaksi antar molekul-molekul yang terserap dalam lapisan hasil serapan diabaikan (Mawardi, 2009).
4.      Karbon Aktif
                  Karbon atau arang aktif adalah material yang berbentuk butiran atau bubuk yang berasal dari material yang mengandung karbon misalnya batubara, kulit kelapa, dan sebagainya. Dengan pengolahan tertentu yaitu proses aktivasi seperti perlakuan dengan tekanan dan suhu tinggi, dapat diperoleh karbon aktif yang memiliki permukaan dalam yang luas (Pararaja, 2008).Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi kebocoran udara didalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. Arang selain digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan sebagai adsorben(penyerap). Daya serap ditentukan oleh luas permukaan partikel dan kemampuan ini dapat menjadi lebih tinggi jika terhadap arang tersebut dilakukan aktifasi dengan bahan-bahan kimia ataupun dengan pemanasan pada temperatur tinggi. Dengan demikian, arang akan mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimia.Arang yang demikian disebut sebagai arang aktif (Pararaja, 2008).
                  Rodamin B merupakan zat warna golongan xanthenes dyes. Rodamin Badalah bahan kimia yang digunakan untuk pewarna merah pada industri tekstildan plastik. Rodamin B adalah pewarna sintetis yang berasal dari metanlinilat dan dipanel alanin yang berbentuk serbuk kristal berwarna kehijauan, berwarna merah keunguan dalam bentuk terlarut pada konsentrasi tinggi dan berwarna merah terang pada konsentrasi rendah. Rodamin B sering disalahgunakan untuk pewarna pangan (kerupuk, makanan ringan, es-es dan minuman yang sering dijual disekolah) serta kosmetik dengan tujuan menarik perhatian konsumen. Rodamin B (C28N31N2O3Cl) adalah  bahan  kimia   sebagai   pewarna dasar untuk berbagai kegunaan (Syaifuddin, 2009). Adsorpsi biasanya digambarkan melalui isotherms, yaitu jumlah adsorbat pada adsorben sebagai fungsi dari tekanan (jika gas) atau konsentrasi (jika cairan) pada suhu konstan. Kuantitas adsorben hampir selalu dinormalkan oleh massaadsorben untuk memungkinkan perbandingan pada bahan yang berbeda (Hunter,2003).

C.     Alat dan Bahan
            Pada percobaan ini digunakan alat – alat untuk  menunjang berjalannya praktimum, adapun alat –alat tersebut diantaranya adalah kuvet spektonik, Erlenmeyer 20 mL, kertas saring, labu ukur 50 mL, labu kur 100 mL, gelas piala 50 mL, corong gelas kecil, gelas arloji, pipet 10 mL,  bola hisap, rak, alumunium foil, botol aquades, sendok sungu, label, spatula, pipet ukuran 25 mL, pengaduk gelas, shaker, dan gelas piala 150 mL.
            Sedangkan bahan –bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah zat warna dan  karbon aktif.


D.     Cara Kerja
            Pada percobaan kali ini, ada dua tahapan yang dilakukan yaitu                     
a.       Pembuatan Kurva Kalibarasi
      Tahap pertama dalam pembuatan kurva kalibrasi dilakukan dengan cara yaitu   larutan zat warna 10 ppm dibuat. Setelah itu dari larutan zat warna 10 ppm tersebut diencerkan untuk mendapatkan larutan standar dengan konsentasi 0,5 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 4 ppm, dan 8 ppm masing-masing 50 mL. Kemudian, ditentukan absorbansinya pada panjang gelombang (λ) yang sesuai dengan zat warna.

b.      Adsorpsi Isotermal
     Pada tahap ini, dilakukan dengan cara larutan zat warna 100 ppm dibuat. Selanjutnya larutan tersebut diencerkan, untuk mendapatkan larutan dengan konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, dan 25 ppm masing-masing 100 mL. Disiapkan lima buah Erlenmeyer 250 mL kering dan bersih. Kemudian, masing-masing dimasukkan 1 g karbon aktif. Setelah itu, ditambahkan 100 mL larutan zat warna dengan konsentrasi 5, 10, 15, 20 dan 25 ppm. Kelima erlemeyer tersebut ditutup menggunakan aluminium foil, kemudian diaduk menggunakan shaker selama 30 menit. Larutan kemudian disaring menggunakan mengunakan kertas saring untuk memisahkan karbon aktifnya. Kemudian, absorbansi larutan pada panjang gelombang (λ) zat warna diukur.

E.     Data Pengamatan
1.      Tabel
Tabel 1  kurva Kalibrasi
Konsentrasi
Absorbansi
0.5 ppm
0.020
1 ppm
0.035
2 ppm
0.048
4 ppm
0.062
5 ppm
0.169

Tabel II Isoterm Absorpsi
Konsentrasi (ppm)
Absorpsi
5
0.101
10
0.180
15
0.285
20
0.416
25
0.550

Tabel III Isotermal Longmuir
Co (ppm)
Ce
Qe
Co/Qe
5
4.9
-10
-0.49
10
9.0
-100
-0.09
15
14.6
-40
-0.365
20
21.5
150
0.143
25
28.5
350
0.081


Tabel IV Isotermal Freundlich
Log Ce
Log Qe
0.69019608
1
0.954242509
2
1.164352856
1.602059991
1.334453751
2.176091259
1.45484486
2.544068044

2.      Grafik
1.      Grafik Kurva Kalibrasi
2.      Grafik Langmuir
3.      Grafik Freundlich

F.      Pembahasan
            Percobaan yang berjudul “Isoterm Adsorpsi Zat Warna oleh Karbon Aktif” mempunyai tujuan menentukkan model yang sesuai adsorsi zat warna oleh karbon aktif dan menghitung kapasitas adsorpsi oleh karbon aktif. Prinsip dalam percobaan ini adalah didasarkan pada teori frundlich, yaitu banyaknya zat yang diadsorpsi pada temperatur tetap oleh suatu adsorban tergantung dari konsentrasi dan kereaktifan adsorbat mengadsorpsi zat-zat tertentu. Percobaan ini menggunakan adsorpsi fisika karena adanya gay van der waals antara adsorben dengan adsorbat yang digunakan sehingga proses adsorpsi hanya terjadi ada permukaan larutan.
            Pada percobaan ini, dilakukan dua tahapan yaitu berupa tahapan pembentukan kurva kalibrasi dan adsorpsi isotermal. Tahapan pertama dilakukan dengan pembuatan larutan dengan variasi konsentrasi yaitu 0,5 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 4 ppm, dan 8 ppm. Pembuatan larutan dibuat dari yang paling tidak pekat, hal ini dimaksudkan agar konsentrasi yang paling encer tidak terpengaruh kepekatannya oleh larutan yang lebih pekat saat penggunaan alat yang sama karena terdapat larutan pekat yang masih tertinggal. Dalam percobaan ini, dilakukan pengukuran absorbansi  dan panjang gelombang menggunakan spektofotometer spektronik 20 D+ dengan larutan blankonya berupa air, karena dalam percobaan ini pelarutnya air, maka dari itu larutan blanko yang digunakan adalah air. Larutan blanko itu sendiri merupakan sebuah larutan yang digunakan untuk membuat titik nol konsentrasi dari grafik kalibrasi. Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh absorbansinya dari konsentrasi 0,5 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 4 ppm, dan 8 ppm secara berurutan adalah 0.020,  0.035,  0.048,  0.062, 0.169.  Dapat dilihat bahwa, semakin tinggi konsentrasi maka absorbansinya juga semakin tinggi Hal ini dikarenakan semakin besar konsentrasi larutan semakin pekat warnanya sehingga kekuatan untuk menembus warnanya semakin besar.  Larutan yang memiliki absorbansi lebih tinggi dari larutan standar harus diencerkan sampai memenuhi konsentrasi larutan yang telah ada. Hal ini sesuai dengan hokum Lambert Beer dimana absorbansi sebanding dengan kepekatan larutan. Dari hasil absorbansi, dapat ditentukkan grafik kurva kalibrasinya dengan persamaan y = 0.019x +0.008.  
   Tahapan selanjutnya yaitu adsorpsi isothermal, yang dilakukan dengan melarutkan zat warna 100 ppm, dengan konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 20 ppm, 15 ppm, dan 25 ppm. Dari konsentrasi tersebut absorbansi yang diperoleh secara berturut – turut  adalah sebesar 0.101, 1.80, 0.285, 0.416, dan 0.550.  Kemudian dalam 5 buah erlenmeyer yang telah berisi larutan yang telah dincerkan dimasukkan 1 gram karbon aktif. Karbon aktif ini merupakan salah satu adsorben yang efektif digunakan dalam proses adsorpsi. Sifat fisik dari karbon aktif itu sendiri ialah terpadat pada jumlah dan ukuran pori – pori yang dapat diisi adsorbat. Setiap molekul akn mengisi pori – pori sesuai dengan ukurannya. Sedangkan sifat kimianya yaitu berada apad gugus pengaktif yang terdapat dalm permukaan karbon aktif dapat berinteraksi secara kimiawi dengan molekul organik. Dalam percobaan ini, karbon aktif dimasukkan tidak secara bersamaan dengan larutan, hal ini dikarenakan waktu kontak antara karbon aktif dengan adsorbat sangat berpengaruh pada proses adsorpsi. Artinya, jika karbon aktif dimasukkan secara bersamaan dengan larutan, maka waktu kontak akan semakin lama dengan larutan. Hal ini menjadikan semakin banyak adsorbat yang mengisi pori – pori karbon aktif. Setelah itu, lima erlenmeyer tersebut ditutup dengan alumunium foil tujuannya agar karbon aktif tidak bercampur dengan senyawa lain, dan kemudian diaduk dengan shaker selama 30 menit, tujuannya agar meningkatkan antara absorben dan adsorpsinya. Dari tahapan adsorpsi isotemal ini, dapat ditentukan grafik langmuir. Diperoleh y = 143.8x-3215 dengan R2 = 0.460. Dari grafik Langmuir menunjukkan hubungan Ce dengan Co/Qe yang mana semakin besar nilai Ce, maka semakin besar pula nilai Co/Qenya. Tetapi hasil yang diperoleh pada grafik belum sesuai dengan teori isotherm adsorbsi Langmuir karena seharusnya grafik mengalami kenaikan dan selanjutnya terjadi kekonstanan. Namun dari hasil percobaan ini grafik terus mengalami kenaikan. Hal ini mungkin terjadi dalam kesalahan pengenceran larutan.
Setelah ditentukan grafik absorpsi langmuir, selanjutnya dapat ditentukan grafik Freundlich yang mana merupakan grafik yang menghubungkan hasil log dari Ce dan log Qe. Dari grafik Freunlich ini, diperoleh y = 1.857x-3.186 dengan R2 = 0.811. Hal ini menunjukkan hasil yang diperoleh dari grafik freunlich sudah hampir sesuai dengan teori isotherm adsorpsi Freundlich yaitu grafik berupa garis linear. Isoterm adsorpsi Freundlich dapat dituliskan  persamaan sebagai berikut y= mx + b, dari persamaan ini dapat hitung nilai kanya dengan ka = invers log b. Pada perhitungan ka Langmuir, didapatkan ka sebesar 6.93 x 10-3. Sedangkan pada perhitungan ka Freundlich didapatkan 1534.6, hal ini menunjukkan kapasitansi karbon aktif pada percobaan lebih baik asumsi kapasitansi Langmuir dari pada Freundlich. Pada grafik Langmuir diperoleh R2 = 0.460, yang artinya jauh dari 1, sedangkan pada grafik Freunlich diperoleh R2  = 0,811 artinya mendekati 1. Sehingga pada percobaan adsorbasi isothermal ini, isothermal Freunlich yang lebih sesuai.

G.    Kesimpulan
Dari hasil percobaan, dapt disimpulkan bahwa,
1.      Berdasar nilai R, dari grafik isotherm Langmuir dan grafik isotherm Freundlich, dapat diketahui bahwa percobaan yang sesuai dengan adsorbs zat warna karbon aktif adalah isotherm Freunlich.
2.      Kapasitansi adsorbs oleh karbon aktif sebesar
Ka Langmuir = 6.93 x 10-3
Ka Freundlich = 1534.6


Daftar Pustaka

Atkin, P.W .1997. Kimia Fisika Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga.
Day, R. A., dan Underwood, A. L, 1994. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga
Nurlamba, N. S, Zackiyah, dan Siswatiningsih, W. 2010 Kajian Kinetika Kitosan – Bentonit dan Adsorpsi Diazinon Terhadap Kitosan-Bentonit. (http ://www.jstk.de/voll/nurlamba.proof.pdf/ diakses pada tanggal 10 Maret 2013 pukul 12.45 WIB)
Sukardjo.1989.Kimia Fisika. Jakarta : Bina Aksara
Taba, P. Zakir, M., dan Fauziah, S. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Fisika . Laboratorium Kimia Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin. Makassar.
Widjanarkao. P. I. , Widiantoro, Soctaredjo, L. F. E, dan Ismadji, S . 2006. Kimetika Adsorbsi Zat Warna Congo Red Dan Rhodamine B dengan menggunakan Serabut Kelapa Dan Ampas Tebu, Jurnar Teknik Kimia online (http ://digilib.its.ac.id/public/ITS-undergraduate-10078/ diakses pada tanggal 10 Maret 2013 pukul 12.00 WIB)


                                                                                                      Yogyakarta, 21 Maret 2013
Asisten                                                                                           Praktikan
                                                                                                     


Zakky                                                                                            Amanatul Qudsiyah





Lampiran
Perhitungan
1.            Perhitungan Ce
y = mx ± c
·         A= 0.101                                
             y = 0.019x +0.008
            0.101 = 0.019Ce +0.008
            0.101 - 0.008 = 0.019 Ce
            0.093 = 0.019 Ce                               
            Ce     = 4.9
·         A = 0.180
y  = 0.019x + 0.008
0.180 = 0.019Ce + 0.008
0.180 -0.008 = 0.019 Ce
0.17 2= 0.019 Ce
Ce = 9.0

·         A = 0.285
y = 0.019 x + 0.008
0.285 = 0.019Ce + 0.008
0.285-0.008 = 0.019Ce
0.277 = 0.019Ce
Ce = 14.6

·         A = 0.416
y = 0.019 x+0.008
0.416 = 0.019Ce+0.008
0.416-0.008 = 0.019Ce
0.408 = 0.019Ce
Ce = 21.5

·         A= 0.550
y = 0.019x+0.008
0.550 = 0.019Ce+0.008
0.550-0.008 = 0.019Ce
0.542=0.019Ce
Ce = 28.5

2.      Pehitungan Qe
Qe =  x V
Ce =  konsentrai setelah absorbs
  Co = konsentrasi awal
         m = masa absorben = 1 gram
         V= Volume total =100 mL
·         Pada saat Co= 5, Ce = 4.9
Qe =
            Qe = -10
·          Pada saat Co= 10, Ce = 9.0
Qe =
            Qe  =-100
·         Pada saat Co= 15, Ce = 14.6
Qe =
            Qe =-40
·         Pada saat Co= 20, Ce = 21.5
Qe =
            Qe  =150
·         Pada saat Co= 25, Ce = 28.5
Qe =
            Qe = 350

Menentukan Nilai Ka dari Grafik
Dari grafik Langmuir
 y = 0.022x - 0.5
Ka =
Ka =
Ka =45.4545





           


No comments:

Post a Comment