PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Indonesia adalah negara yang terdiri
dari banyak pulau. Di samping itu, juga merupakan negara yang mempunyai suku,
ras, agama, dan budaya yang beranekaragam. Walaupun demikian faktanya, negara
indonesia tetap bisa bersatu dengan semboyan yang paling di banggakan yaitu
“bhinneka tunggal ika”. Bahasa yang digunakan di setiap daerah pun juga
berbeda-beda yang menunjukkan kekhususan daerah tersebut . seperti pepatah
minang “lain padang, lain bilalang, lain lubuak, lain ikannyo”. Perbedaan ini
bisa kita lihat antara bahasa 2 daerah yang hampir berdekatan, yaitu sumatera
barat dan sumatera selatan. Meskipun terkadang ada beberapa kata yang sama
dalam arti dan pengucapannya. Apalagi jika kita bandingkan antara daerah jawa
dan daerah sumatera yang memang berbeda pulau. Hal ini tentu saja lebih
memiliki banyak perbedaan.
Di daerah provinsi sumatera baik
padang dan palembang kebanyakan penduduknya menggunakan bahasa daerah sebagai
bahasa komunikasi sehari-hari. Kebanyakan kata sering mengalami perubahan dari
bahasa indonesia, seperti kata ”kita” dalam bahasa indonesia, menjadi “kito”
dalam bahasa sumatera. Namun pada dasarnya bahasa sumatera lebih mempunyai
banyak kemiripan dengan bahasa indonesia. Hanya saja beberapa kata ada yang
hurufnya di ganti, ditambah, dan dihilangkan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH
PENAMAAN MINANG KABAU DAN DIALEKNYA
1.
Asal
Usul Penamaan Minang Kabau Sebagai Sebuah Suku
Alkisah pada masa lalu Ranah Minangkabau mendapat ancaman serangan dari
kerajaan yang kuat dari daerah Jawa. Untuk menghindari pertempuran fisik yang
pasti banyak memakan korban, orang Minangkabau melakukan diplomasi dan
mengusulkan agar peperangan tersebut diganti dengan adu kerbau. Usul tersebut
disetujui oleh raja dari Jawa, kemudian dikirimlah kerbau yang besar dan
perkasa. Dari Minangkabau disiapkan anak kerbau tetapi yang kehausan dan di
tanduknya dipasang taji.
Saat dimulai pertarungan,
ketika anak kerbau yang masih kecil itu menoleh ke kerbau dari Jawa, serta
merta menyeruduk perut lawannya yang dikira ibunya dan menikam kerbau dari
Jawa hingga mati. Raja Jawa mengakui kemenangan ini dan akhirnya
mengurungi niatnya untuk menyerang Minangkabau. Sejak itulah orang Minangkabau
konon memakai nama Minangkabau yang berarti Menang Dalam Pertandingan Kerbau
sebagai identitas budayanya.
Suku Minangkabau memang mempunyai keterkaitan yang sangat erat dengan hewan
ternak berkaki empat yang disebut kerbau. Itu antara lain terlihat pada
berbagai identitas budaya Minang, seperti atap rumah tradisional mereka (Rumah
Bogonjong). Rumah adat yang kerap disebut juga Rumah Gadang itu berbentuk
seperti tanduk kerbau. Begitu pula pada pakaian wanitanya (Baju Tanduak Kabau).
Sudah beratus-ratus tahun lamanya kerbau menjadi salah satu hewan
terfavorit di Provinsi Sumbar. Badan kerbau yang besar dan kekar dianggap mampu
membantu berbagai macam pekerjaan manusia. Salah satu pekerjaan kuno yang
dikerjakan dengan bantuan tenaga kerbau adalah menggiling tebu. Dengan alat
sederhana, sang kerbau diikat di sebilah bambu yang terhubung pada alat pemeras
tebu tradisional. Selama delapan jam bekerja, sang kerbau terus-menerus
berputar mengelilingi alat pemeras. Uniknya, agar sang kerbau tidak pusing
kepala, mata hewan itu ditutup dengan dua buah batok kelapa yang dilapisi kain.
Air tebu hasil perasan sang
kerbau itulah yang kemudian menjadi cikal bakal pembuatan gula merah
tradisional. Masyarakat Minang percaya gula merah hasil kerja keras sang kerbau
lebih gurih ketimbang dari alat modern.
2. Keterkaitan Bahasa Dengan Struktur Sosial
Di beberapa daerah, bahasa mempunyai keterkaitan
dengan struktur sosial.Bahasa turut memperkuat stratifikasi sosial yang sudah
tertata dalam sistem sosial masyarakat tertentu. Orang tidak serta merta
menggunakan bahasa yang biasa dipakai dalam kehidupan sehari-hari jika mereka
berkomunikasi dengan orang atau kelompok yang dinilainya memiliki kedudukan
sosial yang lebih tinggi, maka mereka akan menggunakan bahasa yang dinilai
lebih sopan dan lebih halus.contohnya saja bahasa jawa yang mempunyai
tingkatan-tingkatan bahasa.
Adapun di daerah sumatera
barat yang menganut suku minang, tidak terdapat tingkatan-tingkatan bahasa.
Komunikasi antar sesama menggunakan bahasa yang biasa, yang membedakan hanyalah
pada nada dan pilihan kata saja. Misalnya
seorang laki-laki berbicara kepada laki-laki lainnya yang sebaya, akan
menggunakan kata “ang”, yang artinya adalah kamu. Hal yang demikian adalah
lumrah. Lain halnya, ketika kita berbicara kepada orang yaang memiliki strata
sosial yang lebih tinggi dalam adat. Seseorang tidak boleh menggunakan kata
“ang”, atau memanggil namanya, melainkan dia harus menyebut gelar yang
dimilikinya. Misalnya datuk papatiah nan sabatang.
Di dalam adat minang
kabau, apabila seorang laki-laki telah mempunyai gelar, maka orang lain akan
memanggilnya dengan menyebut gelar itu, kecuali memang orang yang tidak tahu
bahwa dia telah mempunyai gelar. Jika ada orang sekitar yang masih memanggilnya
dengan nama aslinya, biasanya akan dikenakan denda dengan kerbau yang
disembelih.
3. Aturan Dialek Bahasa Minang
Bahasa di daerah minang mempunyai dialek khusus yang sangat berbeda dengan
daerah lain. Umumnya setiap kata yang di ucapkan hampir mempunyai kemiripan
dengan bahasa indonesia. Hanya saja pada beberapa kata ada yang di tambah, dan
diganti. Aturan umumnya adalah sebagai berikut:
a. Untuk kata yang terdiri dari 3, 4, huruf yang mana jika huruf terakhirnya
adalah huruf vokal a, maka biasanya di ganti dengan huruf o. Contoh pada kata
iya menjadi “iyo”, apa menjadi apo, ada menjadi ado, dan kata yng lainnya.
Adapun contoh kata yang terdiri dari 4 huruf yaitu kita menjadi kito.
b. Untuk kata yang terdiri dari 6 huruf, yang huruf kedua dari kata itu adalah
e biasanya diganti dengan a, dan huruf akhir dari kata tersebut adalah a,
diganti dengan o. Contoh kata mengapa menjadi mangapo, kemana menjadi kamano.
c. Untuk kata yang akhirannya uk dan uh, biasanya ditambah dengan a, menjadi
uah, uak. Contoh pada kata sepuluh menjadi sapuluah, jauh menjadi jauah, duduk
menjadi duduak.
d. Untuk kata yang berakhiran at, biasanya di ganti dengan ek. Contoh kata
empat menjadi ampek, dekat menjadi dakek, tempat menjadi tampek.
4. Persamaan Kata dengan Suku Lain
Di antara persamaan yang terjadi antara suku minang dan suku jawa yaitu:
Lombok : cabe, antara basah dan kering
Boto : batu bata, botol
Golok : parang, mendung
Urang : udang, orang
Bali : pulang, beli
Godok : rebus, sejenis makanan
Bulek : tante, bulat
Abang : merah, kakak laki-laki
Bedo : berbeda, susah
Piti : tempat nasi, uang
Jago : ayam jantan, bangun
5. Kaitan Bahasa dan Mitos Masyarakat
Banyak mitos yang beredar di masyarakat, seperti:
a. “Ndak elok manangih di muko nasi, beko nasinyo bisa
tabang”
(tidak boleh menangis
di depan nasi, nanti nasinya bisa terbang)
b. “Ndak elok mambaco buku di wakotu maghrib, beko mato
bisa buto”
(tidak boleh membaca
ketika waktu maghrib, nanti matanya bisa buta)
6. Kirata Bahasa dan Salah Pemahaman Dalam Berbahasa
Kirata
bahasa adalah akronim dari benda yang disebutkan atau kata yang dimaksudkan.
Akronim di dalam bahasa minang sendiri tidak ada. Adapun salah pemahaman bahasa
adakalanya terjadi antara suku yang berbeda. Contoh kasus :
Pada suatu ketika, Buyuang pulang
dari sawah sudah agak larut malam, jalan manuju rumahnya agak sedikit gelap , singkat cerita pulanglah
Buyuang sambil bernyanyi-nyanyi “kutang barendo” penghilang rasa cemas karena
pulang sendiri saja hari tu..
Tibo dijalan satapak, Buyuang
indak lalu ditampek biaso yang inyo lewati dek lah malam bana hari tu. Biaso
ambiak jalan kanan, babeloklah inyo kakiri, sadang lamak bajalan basobok lah si
Buyuang dengan si Paijo urang Jawa nan tu..
Mancaliak si Buyuang barantilah si Paijo dengan
baju agak kumuah saketek.
Dengan percaya diri,disaponyolah
si Buyuang tadi.. “Mas, awas hati-hati didepan kolam”, kecek si Paijo lo ka si
Buyuang..
“Apo, kolam..?” Kecek waang aden takuik jo kolam..? “Alun tau waang sia aden lai…” kecek si Buyuang lo..
“Mari mas”, Paijo sambil tersenyum kedian pergi..
“Heh..itu sajo takuik pulo”, .. si Buyuang sambil maumpek-umpek dihati terus berjalan…
“Apo, kolam..?” Kecek waang aden takuik jo kolam..? “Alun tau waang sia aden lai…” kecek si Buyuang lo..
“Mari mas”, Paijo sambil tersenyum kedian pergi..
“Heh..itu sajo takuik pulo”, .. si Buyuang sambil maumpek-umpek dihati terus berjalan…
Tak lama kemudian…
Bruuu..kkkk…Gedubrak..Byur… Masuaklah si Buyuang
tadi kadalam kolam…
Mandanga si Buyuang jatuah, babaliaklah si Paijo tadi.. “Wealah piye toh Mas…tadi tak omongin didepan ada kolam..ga mau denger.. ” ujar Paijo kepada Buyuang
Mandanga si Buyuang jatuah, babaliaklah si Paijo tadi.. “Wealah piye toh Mas…tadi tak omongin didepan ada kolam..ga mau denger.. ” ujar Paijo kepada Buyuang
“Eh, kurang aja waang ko, kecekan lah tadi ado
Tobek dimuko…”
7. Bahasa Pujian dan Bahasa Ejekan
Contoh bahasa pujian
yang biasa digunakan di daerah minang
adalah “rancak bana”
(bagus banget), dan kata “elok”. Adapun bahasa ejekan yang di gunakan adalah:
a. Pantek, adalah bahasa ejekan yang paling kasar di daerah minang. Dan
biasanya orang yang menyebut kata itu menandakan bahwa iya memang marah sekali.
b. Anjiang, juga termasuk kata yang sangat kasar bila diucapkan.
c. Pak ang, mak ang, atau pak kau, mak kau.
d. Kurang aja.
8. Upaya Pemerintah dalam Melestarikan Bahasa Minang
Untuk melestarikan bahasa minang sebagai bahasa daerah, dilakukan beberapa
upaya seperti :
a. Dari pihak pemerintah sendiri, upaya yang dilakukan adalah dengan
menjadikan bahasa daerah sebagai matapelajaran muatan lokal, dimulai dari kelas
4 SD, dilanjutkan tingkat SMP/MTs, dan tingkat SMA/MA, yang lebih dikenal
dengan mata pelajaran BAMK (Budaya Alam Minang Kabau).
b. Membuat siaran radio yang seluruhnya berbahasa minang.
c. Menjadikan bahasa minang sebagai bahasa pengantar dalam beberapa upacara
adat.
B. BAHASA BUMI
SRIWIJAYA
1.
SEJARAH BAHASA SRIWIYA SUMATERA
SELATAN
Bahasa ini
berakar pada bahasa Jawa karena raja-raja Palembang berasal dari Kerajaan
Majapahit, Kerajaan Demak, dan Kerajaan Pajang. Itulah sebabnya perbendaharaan
kata Baso Pelembang Alus banyak persamaannya dengan perbendaharaan kata dalam
bahasa Jawa.Baso Pelembang alus atau bebaso. Baso Pelembang alus dipergunakan
dalam percakapan dengan pemuka masyarakat, orang-orang tua, atau orang-orang
yang dihormati, terutama dalam upacara adat. Namun bahasa Palembang yang
digunkan sekarang tidak seperti asli lagi, sehingga sangat sulit membedakan
antara bahasa halus dana kasar melalui kata-kata, namun kita membedakannya
melalui bagai mana cara berbicara.
Baso Palembang
siri-sari, bahasa sehari-hari lebih akrab digunakan dalam bertalimarga dengan
seluruh masyarakat Palembang. Dengan demikian tujuan penutur dalam membentuk
tutur pun beragam. Misalnya saat penutur mempertanyakan sesuatu kapada mitra
tutur akan berbeda bentuk tuturnya ketika
penutur sedang marah kepada mitra penuturbaso sehari-hari dipergunakan
oleh wong Palembang dan berakar pada bahasa Melayu. Dalam praktiknya
sehari-hari, orang Palembang biasanya mencampurkan bahasa ini dan bahasa
Indonesia (pemilihan kata berdasarkan kondisi dan koherensi) sehingga
penggunaan bahasa Palembang menjadi suatu seni tersendiri.
Berikut contoh
penuturan bahasa Palembang sehari-hari:
v aman / amon =
kalau
Contoh: Aman kau ke sano gek,
jangan lupo bawa pempek.
Arti: Kalau kamu ke sana nanti,
jangan lupa bawa pempek.
v Contoh: Asak
kau dapet cepek, ku enjok mobil la.
Arti: Kalau kamu mendapatnya dengan
cepat, saya kasih mobil deh.
v awak = padahal
Contoh: Awak
kau yang salah, nak nyalahke wong.
Arti: Padahal
kamu yang salah, mau menyalahkan orang.
v balak =
masalah
Contoh: Dak usah nyari balak la, kagek celako
kau.
Arti: Tidak usah cari masalah deh, nanti kamu
celaka.
v balek = pulang
Contoh: Aku
abes ni nak balek ke rumah.
Arti: Saya
setelah ini mau pulang ke rumah.
v balen = ulang
Contoh: Balen
oi, mano ado maen cak tu.
Arti: Ulang
dong, mana ada main begitu.
v baseng =
terserah/sembarangan
Contoh: Baseng
kau la, aku dak melok-melok bae.
Arti: Terserah
kamu sajalah, saya tidak ikut (kalau terjadi masalah, saya tidak ikut kena
getahnya).
v bebala =
bertengkar (mulut)
Contoh: Wong
sebelah ni galak bebala sampe subuh.
Arti: Orang
sebelah suka bertengkar sampai subuh.
v begoco =
berantem/berkelahi
Contoh: Dak
usah jingok jingok, begoco be kito!
Arti: Tidak
usah lihat-lihat, berantem aja kita!
v cak mano =
bagaimana
Contoh: Cak
mano ni? pacak dak lulus kito ni
Arti:
Bagaimana ini? Bisa tidak lulus kita.
v calak =
pintar, cerdik
Contoh: Oi
calak nian kau e, wong ngaki kau bawak kereta.
Arti: Cerdik
juga kamu ya, orang lain jalan kaki kamu bawa sepeda.
v cemeke'an =
pelit
Contoh:
Cemeke'an nian, goceng be dak ngasi.
Arti: Pelit
sekali, mamberi lima ribu saja tidak mau.
v Cugak = kecewa
Contoh: Keno
cugak be aku lantak dio.
Arti: Saya kecewa karena dia.
2.
STRUKTUR SOSIAL DALAM BAHASA
Dalam
berkomunikasi masyarakata Sumatra Selatan pada umumnya menggunakan bahasa yang
sangat simple, karena mereka tidak disibukkakan akan tingkatan bahasa. Dalam
adatnya bahasa Sumatra Selatan tidak ada bahasa yang dinilai sopan, dan bahasa
yang dinilai halus sehingga kesan pertama yang akan dilihat orang selain
sumatra adalah bahwa bahasa meraka sangat kasar. Sehingga beberapa daerah yang
berada disumatra, kata-kata yang menurut orang lain kasar,namun bagi mereka itu
bukanlah perkataan yang kasar akan tetapi sebuah panggilan sahabat yang digunakan kepada meraka yang di anggap
sudah sebagai teman dekat, seperti kata “anjing”. Dalam kehidupan sehari-hari tidak ada perbedaan yang signifikan dalam berbahasa,
baik yang digunakan anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Namun pengaruh teknologi
dan komunikasi pasti akan mempengaruhi suatu bahasa sehingga bahasa yang digunakan
orang yang masih dinilai remaja akan memberi kesan bahwa bahasa yang mereka
gunakan sedikit lebih gaul begitu juga dengan anak-anak karena, mereka meniru
dari kakak-kakak mereka seperti kata bro, coy, yang kesemunya itu adalah
bahasa-bahasa yang diserap dari bahasa asing. Walaupun demikian orang-orang Sumatra
Selatan tidak serta merta menggunakan bahasa yang pada umumnya ketika mereka
berbicara dengan orang yang lebih tua, atau kelompok yang dinilai lebih sopan,
mereka akan berusa berbicara dengan halus dengan cara mengurangi penekanan
dalam bahasa dan lebih memeperlambat dalam berbicara. Berbeda dengan halnya
ketika mereka berbicara dengan teman-teman sebayanya mereka akan menggunkaan
bahasa yang pada umumnya dengan menekan suara dan berbicara lebih kuat, keras
dan terkadang diakhiri dengan kata-kata yang memperkuat teman atau suku
solidaritas. Contoh :
a.
nak kemano mangcik? (dipergunakan
untuk orang yang dianggap sopan) artinya mau kemana paman?..
b.
woi.. nak kemano coy? (dipergunakan
untuk teman sebaya) artinya mau kemana kawan?
3.
DIALEK BAHASA
Setiap bahasa
mayoritas memiliki ciri khas dimana dengan khas ini akan mudah membedakan
antara bahasa satu dan bahasa yang lainnya, dan akan menjadi kebanggaaan
tersendiri bagi orang-orang yang menggunakannya, dengan khas bahasalah semua
orang akan lebih menghargai dan menggangap bahasa merekalah yang sangat unik
dan bagus dibanding bahasa lainnya. Begitu juga dengan masyarakat Sumatra
Selatan mereka memeiliki bahasa khas yang berbeda dengan yang lainnya, kesombongan
bahasa muncul ketika adanya khas ini, baik dalam logat dan dialeg bahasa.
Sehingga mereka senang memamerkan bahasa mereka dengan nada kuat dan tinggi
kepada orang asing yang tidak mengetahui bahasa sumatra selatan. Secara
deskriptif umumnya untuk mempelajari bahasa ini sangatlah mudah karena bahasa
ini sama seperti halnya dengan bahasa Indonesia namun perbedaannya hanya
dilogat bahasa dan bahasa yang setiap kata akan diakhiri huruf O, namun tidak
semua bahasa Indonesia bisa diberi akhiran O karena bahasa ini memiliki bahasa
sendiri yang tidak ada dengan bahasa alain contoh:
a.
Kata makan tidak bisa diubah
menjadi makao atau makon
b.
Kemano/ (bahasa Indonesia yang
diakhiri huruf O) yang artinya kemana
c.
Cakmano? (bahasa asli)artinya
gimana?
4.
PERSAMAAN BAHASA
Dalam
perkembangannya Bahasa Sumatera Selatan dan bahasa yang lainnya secara umum
akan mengalami kesamaan dari berbagai sisi baik redaksi atau maknannya.
Kaitannnya dengan bahasa, bahasa ini juga memeliki kesamaan kata dengan bahasa
lainnya sehingga memunculkan arti yang sama juga, namun ada juga memiliki
kesamaan kata berbeda makna sebagai contoh kata awak dalam bahasa
sumatra selatan adalah padahala, dalam bahasa padang (sumatra barat)
artinya saya, dalam bahasa Indonesia artinya salah satu komponen penting
dalam kapal (awak kapal)/nahkoda. Untuk lebih jelasnya bisa kita
perhatikan pada contoh dibawah ini:
Cokot (jawa) : cokot
(Palembang) = gigit
Pagawean (jawa) : gawean (Palembang)=
kerjaan
Dewe (jawa) : dewe’an (Palembang)= sendirian
Lawang (jawa) : lawang
(Palembang) = pintu
Njabo(jawa) : jabo (Palembang) = luar
Jero (jawa) : dalam : jero (Palembang) =
kapok
Lemak (jawa) : gajih : lemak (Palembang) = enak
Melu (jawa) : melok (Palembang) = ikut
Metu (jawa) : metu (Palembang) = keluar
Unjuk (jawa) : minum : enjuk (Palembang) = member
Mburi(jawa) : buri (Palembang)= belakang
Kloso (jawa) : klaso (Palembang)= tikar
Telu (jawa) : tiga : talu (Palembang) =
lengah
Dengan
realitas ini sehingga kita sering menemukan humor-humor yang lucu karena salah pengertian
makna dari para pengguna bahasa. Contoh kasus :
“ pada suatu hari ada suku komering
yang pergi kepalembang untuk membeli sebuah bola, ketika sampai ketoko olahraga
orang komering tidak tau bagaimana menyebutkan kata bola dalam bahasa
palembangnya sehingga ia berkata pada orang Palembang “kak ado sepak
mantul-mantul dak?” Trus orang Palembang
berkata “oow bola?”... (orang komering) sepak mantul-mantul pak! (Palembang)
“Iyo bola!”.. (komering) itu ado? (Palembang) Iyo bola!.. nah ito
ado sepak mantul-mantulnyo kak( orang komering sambil menunjukkan kearah
bola)… dalam bahasa komering bola artinya habis.
5.
PUJIAN DAN HINAAN DALAM BAHASA
SUMATRA SELATAN
Pada dasaranya
orang Sumatera itu memeiliki watak yang keras namun apa adanya sehingga dalam
berbahasapun orang Sumatera hususnya Sumatera Selatan akan berbahasa dengan
kasar dan dengan nada tinggi namun tetap ada sisi kasih sayang dan kelembutan
dalam bergaul dan bahasa khusnya dengn orang lain yang bukan orang Sumatra, ia
akan berusaha menghilangkan sisi kekerasan yang ada pada dirinya. Salah satu
sifat fositif yang dimiliki orang Sumatra adalah mereka akan mengemukakan apa
adanya sesuai apa yang meraka lihat. Sebagian orang Sumatra Apa bila ia tidak
senang dengan orang lain maka ia akan berkata langsung kepada orang yang ia
tidak senangi dan ini menjadikan dirinya lebih berwibawa dihadapan
teman-temnnya, akan dihina dan dimaki apabila dia bermuka manis didepan namun
menusuk dari belakang (bermuka masam dibelakang).
Karena siafat
orang Sumatra yang berkesan blak-blakan dan apa adanya, sehingga orang Sumatera
tidak bisa seindah suku lain lain yang bisa merangkai kata-kata khusus untuk
pujian kepada orang, apa yang dia lihat dan rasakan itulah yang ia sampaikan
contoh : “belegak nian kau hari ini bos!) cantik sekali kamu hari ini!
Begitu juga dengan ejekan atau hinaan orang sumatra yang berwatak keras akan
lebih keras lagi ketika dia menghina orang lain, menunjukkan tangan dan mata
melotot serta memebawa senjata tajam
adalah salah satu ciri khas mereka ketika marah, tak heran setiap hari
pasti ada kasus kriminal seperti pembunuhan dan mutilasi, beruntung pulau
sumatra bukan pusat ibu kota sehingga kasus-kasu kriminal disana kelihatan
lebih sedikit, namun faktanya kalaw kita langsung terjun kesana akan didapatkan
kehidupan yang keras. Ejekan di sumatra identik kepada nasab, dan kotoran
mereka sangat marah ketika teman sebayanya memanggilnya dengan nama orang
tuanya seperti “halo pak sob!..(sob/sobri nama orang tua anak). Mereka
akan lebih menghormati orang tua yang ketika memanggilnya menggunakan nama
julukan ayahnya, karena di sumatra memiliki adat pemberian julukan kepada orang
yang telah menikah. Contoh hinaan mengunakan kotoran : “woi pilat!” (pilat
adalah kotoranputih yang berada di zakar
laki-laki yang belum bersunat).
6.
REKAYASA BAHASA
Pada sarnya
Mitos dan mistis di daerah Sumatra sangatlah sedikit berbeda dengan daerah
lainnya seperti pulau jawa sangat sarat dan kental akan mitos atau mistis.
Kaitan dengan bahasa orang Sumatara juga masih menggunakan bahasa isyarat yang
mengandung ketersiratan makan seperti contoh :
a.
Kalau kau jingok tengah malam ado
kembang yang terbang di pucuk rumah, mako petando kageg ado tamu datang (kalawlah
kamu melihat kupu-kupu yang terbang di atas rumah, maka itu adalah suatu
pertanda bahawa nanti akan datang tamu).
b.
Amon makan jangan dak abis, kagek
nangis pulo nasi tu! ( kalau makan jangan tidak habis, nanti nasinya nangis)
7.
UPAYA MEMPERTAHANKAN BAHASA
Suatu bahasa
akan lebih mampu bertahan lama kalau daerah tersebut dekat dengan media, bahasa
jawa terkenal karena salah satunya mereka dekat dengan ibu kota Negara walau
tidak menutup kemungkinan orang-oarang jawa juga berkonstribusi mengenalkan
bahasa meraka dengan melakukan penyebaran keselururuh kota dan desa. Begitu
juga dengan bahasa Sumatera Selatan, meraka juga berusaha untuk bisa
memepertahan bahasa mereka. Ini bermula ketika bahasa asli Palembang yang halus
telah hilang, adapun bahasa yang digunkan sekarang sudah tidak asli lagi.
Sehingga untuk mempertahan bahasanya pemerintah juga ikut berkoinstribusi
dengan membuka stasisun-stasion televisi yang menggunakan Bahasa Sumatra
Selatan dan radio-radio daerah yang menggunakan Bahasa Sumatra Selatan juga.
Sedangkan dari masyarata itu sendiri mereka
yang memiliki bahasa akan menjaga dan melestarikan bahasa sumatra
selatan dengan kesadaran, karena suatu penghinaan yang besar bagi mereka ketika
mereka tidak menggunakan bahasa Sumatra Selatan ketika bertemu dengan orang
Sumatra Selatan.
KAJIAN SOSIOLINGUISTIK DIALEK SUMATERA
(MINANG DAN SRIWIJAYA)
Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas
Mata Kuliah Sosiolinguistik
Dosen Pengampu : Dr. Sembodo Ardi
Widodo
Di susun oleh :
Eva rahmadhona (11420015)
Masliah (11420060)
R.Z.Ricky Satria Wiranata (11420086)
Endika Sepriansah (08420153)
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN
KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012
DAFTAR PUSTAKA
http://www.minangforum.com/Thread-Sejarah-Suku-Minang yang diakses pada hari sabtu, 27 Oktober 2012, pada pukul 09.00
WIB.
http://id.wikipedia.org/wiki/bahasa_palembang yang diakses pada hari senin, 29 Oktober 2012, pada pukul 10.00
WIB.
http://wwwpalembang.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1 &id=20 yang di akses
pada hari senin, 29 Oktober 2012, pada pukul 10.00 WIB.
amazingg
ReplyDeleteGood Job..
ReplyDelete